Kamis, 10 Desember 2009

Mahalnya Harga Sebuah Mem*k (Bag IV)

Berita ibu guru menurunkan rok dan cdnya seketika menggemparkan desa. Para murid yang kebakaran jenggot akibat ulah bu guru langsung melaporkannya ke orang tua masing-masing. Para wali murid pun serempak berdemo. Mereka mendepak sang guru beramai-ramai. Yanti, demikian namanya tak kuasa menahan derita yang sedang dihadapi. Bu Guru Yanti diusir warga desa, karena dianggap telah mengajarkan pornografi kepada murid-muridnya. Sementara hanya satu anak yang tak bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Dialah Rikno. Karena kebaikan serta kejujuran sang guru itulah Rikno menjadi tahu yang namanya mem*k. Tetapi hal tersebut lantas diartikan banyak orang sebagai perbuatan yang tidak lazim. Yang membuat sang guru harus terlunta-lunta tanpa tempat tinggal.
Berhari-hari sang guru harus mengais makanan dari sampah. Ia seketika menjadi tunawisma "dadakan".
"Kasihan ibu guru Yanti ya," kata Rikno kepada bibinya.
"Sudah kamu tidak usah mikirin itu. Itu semua kan akibat perbuatannya sendiri," sambut sang bibi.
"Lho, kenapa kok bibi malah berkata seperti itu. Bukankah semua ini akibat dari ulah Rikno. Kalau Rikno tidak bertanya soal mem*k, mungkin ibu guru tidak akan menunjukkannya pada Rikno. Dan sekarang Rikno jadi tahu apa itu mem*k."
"Kamu sendiri kenapa tanya-tanya hal-hal yang tidak perlu begitu. Dan sekarang lihat ibu guru Yanti. Di sana sini dia tidak mendapat tempat. Dia sekarang menggelandang."
"Kalau Rikno tanya pada bibi, apakah bibi akan memberitahu?" Rikno membalas ucapan bibinya dengan tangkas.
Seketika mulut sang bibi seperti terkunci rapat. Kata-kata ponakannya seperti bola api panas yang meluncur mengenai dirinya.
"Memang benar Rik, tak semua orang dapat berbicara jujur. Negeri ini memang sedang dilanda krisis kejujuran. Moral semua orang pada rusak, tak terkecuali pemimpin kita. Kalau saja pemimpin kita dan orang-orang yang duduk di kursi terhormat itu mau meluangkan kejujurannya, mungkin negeri ini tidak akan seperti ini. Hanya kejujuranlah modal utama untuk membentuk karakter bangsa ini. Maafkan bibi ya karena telah salah menilaimu."
"Ah, tidak masalah bi. Rikno juga minta maaf jika telah kurang ajar terhadap bibi. Oh iya, bi, terus bagaimana dengan ibu guru Yanti. Apa perlu beliau kita tampung di sini?"
"Rikno, ssstt..." Sang bibi segera meletakkan jari telunjuk ke bibirnya.
"Apa? Apa maksud bibi ssst..."
"Sudah jangan diteruskan. Yang terjadi biarlah terjadi."
"Tapi Rikno belum paham."
"Apa kamu tidak mengerti dengan adat. Karena adatlah kita dapat beradaptasi dengan masyarakat. Dan apabila adat sudah bertindak, maka jangan sekali-kali kita berani untuk memainkannya."
"Apa maksud bibi?" Rikno masih belum paham.
"Ibu guru Yanti saat ini tengah menjalani hukuman adat. Dia tak boleh dibantu siapapun."
"Jadi...ja...ja...di...beliau dibiarkan begitu saja!" Seru Rikno.
"Huss, kamu jangan berpikiran begitu. Kalau kita bantu, nanti kita sendiri yang akan kena adab dari adat itu."
"Lalu bagaimana dengan kata-kata ibu soal kejujuran tadi. Mana...mana...?"
Sang bibi segera menundukkan kepala mendengar suara keponakannya yang masih lugu tersebut. (Bersambung lagi coy/novi)

NB: Ide cerita saya ambil saat mendengarkan monolog Putu Wijaya beberapa tahun silam.

Catatan Seks dan Qolbu

Seks itu tidak tabu, Kawan. Tapi seksi itu adalah fitrah manusia. Demikian pula kemanunggalan kawula dan gusti. Bukan berarti aku Fir'aun, Kawan. Sebab di sini kita mengenalNya melalui sifat dan asma dengan qolbu, hati, ati atau manah sebagai cerminan sifat Tuhan.

Selasa, 01 Desember 2009

Catatan Menolak

Ya Allah, aku berdoa padamu: aku tidak ingin kaya. aku tidak ingin bahagia. aku tidak ingin dapat jodoh. aku tidak ingin sehat. aku tidak ingin sukses. aku tidak ingin makmur. aku tidak ingin maju. aku tidak ingin mati. aku tidak ingin hidup. aku tidak ingin di surga. aku tidak ingin di neraka. aku tidak ingin berteman...

Catatan Dosa-dosaku

Suatu keterikatan melandasi kebahagiaan dan kehancuran diri. Lantaran keterikatan itulah keangkaramurkaan dan amarahku muncul ketika mengetahui masalah bertubi-tubi. Sampai saat ini aku takut dengan dosa-dosaku akan kembali mendatangiku. Jika dia sampai datang, demi Allah aku rela membunuh biang masalah itu.

Catatan Cita-cita

Untuk sementara kebahagiaan itu tertinggal di ujung jalanan, terhempas melayang-layang. Kini yang ada hanya cita-cita yang kian tak bertepi, tapi nanti/kelak pasti ada ujung. Tidak lama...ya...tidak lama...karena secara kasat mata ia bisa terlihat dari sini.

Catatan Doa

Di sanalah tempat berkumpulnya para pencinta Tuhan dan Tuhan mencintai mereka. Berjalan beriringan, berdzikir, berdoa dan berbicara kepada yang dicintainya. Mengalir di sungai kasih Isa Ibnu Maryam as. Beriring malaikat memuji Muhammad saw.

Dari Mana Kita Peroleh Info Bencana ?

Assalaamu'alaykum Wr. Wb,

Bencana mestinya bisa membuat kita mawas diri, terutama kita sebagai orang yang beriman. Terlepas dari apakah ini azab atau ujian dari Allah SWT, yang jelas Allah sedang menurunkan tanda-tanda kebesarannya. Kalau kita mau memikirkan dan mau "melihatnya".
Gempa di Sumatra Barat kemarin dan hari ini sangat menarik. Saya menerima sms dari adik yang isinya sbb: Coba kita perhatikan waktu gempa utama yang terjadi kemarin, jam 17:16 WIB. Sekarang, coba kita simak Quran Surat 17 (Al Isra) ayat 16:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَافَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَاتَدْمِيرًا"

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkankepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta'ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Kemudian gempa susulan terjadi pukul 17.38. Kita buka Quran Surat 17 (Al Isra) ayat 38:

كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيٍّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا"

Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu.
"Saya jadi tergelitik.. .. Gempa susulan lagi yang terjadi tadi pagi di Kerinci (perbatasan Sumatra Barat-Jambi) , kejadiannya pada pukul 8.52. Dengan bergetar... saya coba buka Quran Surat 8 (Al Anfal) Ayat 52:

كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَفَرُواْ بِآيَاتِاللّهِ فَأَخَذَهُمُ اللّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُالْعِقَابِ"

(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutny a serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya.
SUBHANALLAH
rom: Azrif Irdam Zahir, Sent: Friday, October 02, 2009 9:20 AM

Catatan Qolbu

Dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging itu rusak. Maka rusaklah seluruhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu.

Catatan Kawulo Gusti

Apabila qolbu itu dekat dengan Allah. Sampai dekatnya dengan urat nadi leher, maka hati hamba menjadi tempat bersemayamnya Allah. Kalau hati dekat dengan Allah, pikiran tenang dan mendengarkan suara hati. Perkataan difikirkan dulu, tindakan diniyatkan di jalan Allah. Manunggaling Kawulo Gusti, jumbuh Kawulo lan Gusti dalam ridlo-Nya.

Catatan Nafsu

Aku ingin memenuhi hasrat seksuilku. Dengan siapakah yang baik, dengan wanita pelacur, ataukah dengan wanita simpanan, ataukah dengan teman, ataukah dengan istri orang, ataukah dengan tangan sendiri ataukah dengan pasangan sah?

Catatan Kehampaan

Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, hanya saja penampilanku skedar mirip mayat baru: busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia.

Catatan Kelanggengan

Siang dan malam tidak dapat memisah dariku. Hanya saat ini -- itu berlaku, yakni selama saya mati dalam hidup. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, itu lenyap lagi, berikut kebenaran yang menyusul lenyap. Gilalah mereka yang terikat padanya, sebab yang tinggal ha...nya hidupku, ketenteraman langgeng dalam diri sendiri.

Catatan Kejahatan

kadang aku berbuat baik dan sebaik-baiknya hanya sesuai dengan apa yang kukehendaki, tapi kadang aku berbuat buruk supaya kau tahu sejatinya diriku...

Catatan Mabuk

Arak adalah bukti ke-angguran, mabuk adalah bukti kepayangan. Demikian pula lukisan alam mayapada adalah bukti akan KeindahanNya.

Catatan Sepercik Air

Duduk di tepi sungai dengan gelombang percik wujud suaraNYA. Menopang tanya dibalik embun yang merapat.
Dikisahkan muara dua beda yg tak ku mengerti. Sang lalu menangkapku di pelukannya sejenak. Membuatku menikmati segala kilau menyesakkan dada.
Menjatuhkanku dibuai bait pecahan kecewa.
Rongga ini seakan tak menyisakan udara, semakin sempit saja rupanya.
Tapi aku tertolong dengan jiwaku sendiri, yang menetralisir kesombongan dan harapan yang terlalu terbang tinggi.
Mengembalikannya kepada Sang Nyawa.
Kudapati piluku merunduk sepi. Diantara daun yang mulai basah, diantara jalan yang mulai sepi.
Bahwasannya segala yang kita punya tak jadi apa-apa. Segala yang kita miliki titipan belaka.
Lalu, biarlah kebajikan menerangi hati untuk menolong dirimu sendiri.
Mungkin dengan adanya hidayah, ketukan malaikat akan terasa sempurna.
Takkan jadi sia-sia, takkan terbuang begitu saja. Hargailah Kehidupan sebagaimana kita diciptakan. Berilah dengan cinta, kembalikan dengan cinta.(Ike Martha)

Cerita Masa kecilku..." Peri Sol Sepatu....Sang Penolongku"

Saat ini aku sedang tersenyum...., tertawa..., mungkin sedikit geli...

Dulu..., waktu aku dibangku sekolah mungkin saat itu aku baru kelas 1 SD, aku punya teman sebangku,
kata ibu...,aku harus selalu baik sm temanku, punya kue dan makanan kita harus berbagi, kalo temanku lupa gk bawa pensilnya kesekolah, aku harus meminjaminya biar kita bisa sama2 gk tertinggal pelajaran.

Taapii...Suatu hari..., sepertinya aku gk berbuat apa2 sm dia..., lho... khuq...tau2nya aku dipukulx keras2 smp aku nangis.
Keesokan harinya...., aku gk mau lg duduk sebangku, malahan aku minta dipindahkan sekolah, awalnya ortuku keberatan, tapi aku beralasan gk mau duduk sm cowok, krn mmg di tmpt aku sekolah duduknya selalu cowok sm cewek sebangku. lalu alasan kedua karena terlalu jauh, jd sering telat, jd nanti sering bolos.

Akhirnya aku dpt ACC dari bokap, karena waktu itu kebetulan didpn rumah ada sekolah SD. "yo wis...,tak pindah didepan, kalo boolos biar ketahuan gurunya" kata bokap.
Sennneennngnya hatiku......."pasti asyik deh pindah sekolah baru, khan temannya juga baru2, dan yg pasti aku gk bakal ketemu 'si tukang pukul itu', lagi".

Uuughh....ternyata sama aja...disekolah baruku,meskipun sebagian memang baik, tp teman2ku banyak yg sering cerita kalo disitu jg ada anak yg suka ganggu2 gitu.Memang bnyk yg gk seneg banget sama ulah, tingkah dan keusilannya itu.Kita semua pokoknya dibikin sangat amat terganggu deh.... Dan bener ajah ...,aku masih juga harus meladeni si tukang reseh dan usil....,hampir tiap hari aku di gangguin, entah itu dipukul, dicubit, diledek, rasanya...capee'...bgt ngeladenix...aku udah lari2 menghindar aja tiap mau dipukul, ngumpet, lapor sama guru, nangis...tetep ajah itu anak gk mau berhenti dr hobby usilnya ke aku.

Suatu saat, ketika dia mulai mengganggu aku, aku pura2 nangis...dan gak taunya, ada teman yg
ngaduin ke kakakku yg jg sekolah disitu. Kakaku coba menghibur dan menenangkanku. Lalu aku bilang..."aku cuma pura2 khoq..." kemudian kakaku pergi, kembali kekelasnya...
Tau gak...apa yg aku kerjain setelah itu .....??? hi hi hi...ha ha ha....
Aku copot sepatu 'Bata"-ku...dan aku timpukin kemuka ntuh anak yg suka usil...iiihhhiii....ternyata..., kemudian dia nangis lho...,, gimana enggak? Sepatu bata jaman aku dulu sol bawah-nya super keras banget lho...bahkan keesokan harinya waktu masuk sekolah lagi...itu pipinya dia yg putih mulus, masih berwarna merah berbentuk sol sepatuku....

kasihan banget...., tp dalam hati aku tertawa2, "ha ha ha...rasaiiinnn...!"

...dan sejak hari itu...aku gak pernah digangguin lg sm dia....senengnya...., seolah2 aku punya peri yg sudah nolongin aku dari rasa takutku,..."terima kasih sol sepatuku...."




Rabu, 05-11-2009 at 17.48."Little Dida"

Surat balasan dari Tuhan (Re : Tuhan....Aku "Ngambek pada-Mu)

(Ketika Lia Kanzha mengirim surat kepada Tuhan bahwa "Tuhan...Aku "Ngambek" pada-Mu"...Malaikat datang melalui wujud seorang teman dan memberiku surat balasan)

Semua ada waktunya......

Semua indah pada waktunya.... ..

TUHAN tak akan terlambat, juga tak akan lebih cepat.....

TUHAN tahu beberapa hal yg dapat mendorongmu untuk tetap bertahan !

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia, Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih, Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja, Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon, Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi, Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan, Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan, Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur, Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban, Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi, Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa di manapun kau atau ke manapun kau menghadap... TUHAN TAHU***(L-Kanzha)

Tuhan.....aku "Ngambek" padaMu

Tuhan......
Aku tahu, Engkaulah pemilik seluruh dimensi hati yang ada.
Penguasa metamorfosis kalbu.
Pembuka dan penutup perjalanan jiwa manusia....

**Tapi mengapa Tuhan??? Gelisah hati ini selalu timbul tenggelam**

**Apakah aku tidak percaya padaMu**
**Ooh..tidak, tidak itu!!!...aku sangat percaya padaMu**

Tapi mengapa Tuhan ???

Saat aku memohon kebahagiaan......
Karena takut menjadi santapan alam raya akibat nasib baik yang tidak berpihak kepadaku......

Aku merasa, Engkau begitu lamban sebagai perencana terhebat hidupku.....
Sementara mimpi dan harapan terus membumbung tinggi tak terbendung.....

Walaupun aku terus merajuk dan merayumu dengan kata-kata mesra berdalih doa.....

Semuanya terasa begitu lama...
Aku tak sabar menanti buah dari kesabaran dan keikhlasan ("kebenaran, keindahan dan kemanfaatan").....

Apa aku yang terlalu cerewet dan bawel meminta ini itu padaMu Tuhan ???

Hhhhmmm baiklah.....

Malam ini aku mau "Ngambek" aja....

*****HANYA DIAM****

Bersama air mata langit dan senyum jiwa bumi.....

"Berilah apa yang pantas menurutMu dan bukan yang pantas menurutku"

"Berilah kebesaran hati untuk mensyukuri dan merasa cukup dengan apa yang menjadi bagianku"

Sekian Tuhan.....(L-Kanzha)

Catatan Kiamat

Kenapa orang takut pada kiamat, karena kiamat tidak takut dengan orang. Kenapa kiamat tidak takut dengan orang karena kiamat ditiup dengan sangkala Israfil. Kenapa Israfil sedang disuruh Tuhan. Kenapa Tuhan memberi kiamat karena Tuhan bilang begitu. Kenapa Tuhan bilang begitu, ya itu terserah Tuhan. Kenapa terserah Tuh...

Catatan Air Mata

Seandainya aku bisa mengumpulkan semua air mata dia dr awal hingga sekarang, demi Allah aku akan membuat airmatanya itu berwudhu utk membasuh mukaku. Karena aku tak ingin melihat dia trus-trusan seperti ini. Aku pengin melihat dia tersenyum dan tertawa, krn tawa dia itu bs menyenangkan hati orang yg melihatnya.

Catatan Akherat

Aku tak bisa menjanjikanmu kekayaan, tetapi aku bisa membawamu menuju akherat yang kekal...

Mahalnya Harga Sebuah Mem*k (Bag III)

Rikno sekarang disekolahkan ayahnya di desa. Dia ikut bibinya. Tetapi Rikno sudah mulai paham mengenai keadaan di luar sana yang seperti hukum rimba. Orang salah ngomong saja langsung dihakimi, seperti halnya dirinya. Hanya ingin tahu arti mem*k saja semua orang langsung memarahi dan mengumpatnya. Padahal dia benar-benar tidak tahu yang artinya mem*k. Hingga dia memasuki tahun ajaran baru di TK, rasa penasaran Rikno semakin menjadi-jadi. Cuma kali ini Rikno sadar akan posisinya. Yah, dia tak lagi berharap mengetahui jawaban dari orang-orang terdekatnya atau keluarganya. Sebab hal itu nantinya justru akan menambah masalah lagi. Sebenarnya rasa penasaran RIkno sangat besar dan ingin sekali menanyakan prihal mem*k ini ke bibinya. Tetapi lantas dia urungkan.

“Aku takut jika bertanya ke bibi, nanti masalah akan kembali panjang. Di sana saja aku sudah diusir ayah. Masa di sini juga harus diusir lagi. Ah, biarlah nanti aku tanyakan kepada bu guru saja. Mungkin bu guru bisa membantu kerisauanku.” Kata Rikno.

Masa orientasi sekolah TK sudah selesai. Kini Rikno memulai ajaran baru sebagai siswa kelas Nol Besar. Besar harapan Rikno di sekolah barunya ini dia akan menemukan jawaban dari pertanyaannya tersebut.

Saat bu Yanti membuka ajaran pertama, dia kemudian bertanya kepada murid-muridnya.

“Hayo anak-anak, ada yang pengin bertanya?”

Semua murid diam. Tak ada yang berani bertanya. Saat itu kegundahan Rikno timbul tenggelam.

“Ini waktunya aku bertanya. Siapa tahu ibu Yanti bisa menjawabnya!” Seru Rikno.

“Hayo anak-anak siapa yang mau bertanya, kalau tidak ada ibu hitung tiga kali. Satu….dua…tiii…”

“Saya bu…” terdengar jawaban dari belakang bangku.
Rupanya Rikno yang mengacungkan tangan. Semua mata memandang pada anak berumur 5 tahun tersebut. Anak yang duduk di bangku depan serempak menoleh ke belakang, berharap ingin tahu pertanyaan yang diacukan temannya itu.

“Anu bu, Riknomau tanya, tapi ibu jangan marah ya…”

“Lho buat apa ibu marah, lha wong kamu aja belum bertanya!” Seru Ibu Yanti.

“Tapi…tapi…”

“Rikno ga usah takut, bilang saja apa yang mau kamu tanyakan.”

“Biasanya kalau Rikno bertanya demikian ini, semua orang pada marah ke Rikno.”

“Rikno, tidak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Semua pertanyaan pasti ada jawabannya. Mungkin mereka marah karena sedang capek saja.”

“Bukan itu bu, kata mereka pertanyaan Rikno ini tidak sopan.”

“Rikno apa kata ibu barusan. Kamu tidak perlu takut. Ibu pasti akan menjawabnya sebisa mungkin. Ayo ngomong saja ke ibu ada apa?” Desak Ibu Yanti.

“Rikno cuma pengin tahu sebenarnya mem*k itu apa?”

“Apa, Rik…” Seketika raut wajah sang ibu guru menjadi memerah.
Rikno sudah merasa bahwa pertanyaannya bakal memicu polemik. Dia sadar apa yang diucapkanya tidak sopan. Tetapi dikarenakan rasa keingintahuan Rikno yang besar, maka dia memberanikan bertanya ke gurunya, tak peduli apakah pertanyaannya itu sopan atau tidak.

“Kamu yakin dengan pertanyaanmu itu Rik?” Sang guru bertanya balik ke Rikno.

Rikno mengangguk dengan pandangan mata serius.

“Halah, ga usah dijawab bu. Wong cuma Rikno aja kok. Masa cuma nanya hal-hal yang tidak berbobot gitu.” Sahut teman-teman Rikno sekelas.

“Iya bu, pertanyaan Rikno sungguh lucu. Masa cuma nanya mem*k. Lucu banget.”

“Emang kalian tahu apa itu mem*k?” Ibu guru balik bertanya ke murid satu kelas. Seketika itu suasana yang tadinya hingar bingar menjadi hening. Semua anak saling beradu pandangan. Mencari-cari jawaban yang pas, tetapi justru mereka sendiri tidak tahu yang namanya mem*k.

“Gimana apa kalian tahu apa itu mem*k?”
Semua anak membisu. Sebagian menggeleng kepala.

“Rikno , apa kamu yakin pengin tahu apa itu mem*k.”

“Iya bu.” Jawab Rikno mantab.

“Apa kamu sudah siap mental?” Tanya ibu guru Yanti.

“Iya bu. Rikno sudah siap lahir dan batin.

“Baiklah kalau itu kemauanmu. Ibu tidak akan menjelaskan padamu, sebab kamu sendiri pasti tidak akan mengerti. Ibu akan menunjukkannya padamu.”

Semua anak baik Rikno tak sabar menanti detik-detik mendebarkan itu.

“Rikno…” kata Ibu guru Yanti dengan yakin sambil berdiri di depan Rikno, “kalau kamu pengin tahu yang namanya mem*k. Ini dia mem*k.” Seketika itu si ibu guru membuka rok dan cdnya tepat di depan Rikno dan murid-murid satu kelas lainnya. Dia lalu menunjuk ke arah mem*k yang dimaksud.

“Akh…akhh…ibu guru jorok….ibu guru jorok..” Seketika ruangan kelas menjadi hingar. Para murid saling berhamburan keluar. Mereka yang melihat ulah sang ibu guru tidak tahan, lari tunggang langgang, kecuali Rikno.Dengan penuh kesabaran dan rasa keingintahuan yang sangat tinggi, Rikno memperhatikan meme*k sang ibu guru.

“Jadi ini yang dinamakan mem*k itu?” Tanya Rikno.
Ibu guru Yanto mengangguk.

“Jadi ini yang membuat Rikno keluar ke muka bumi ini?”

“Iya Rikno. Dari sinilah kamu, ibu, dan orang tua sedunia ini dilahirkan. Jadi kamu sudah tahu kan yang namanya mem*k!” Jawab ibu guru yang kemudian menutup kembali auratnya dengan cd dan menurunkan roknya. (Bersambung lagi coy/novi)

NB: Ide cerita saya ambil saat mendengarkan monolog Putu Wijaya beberapa tahun silam.

Mahalnya Harga Sebuah Mem*k (Bag II)

Siang itu kedua ayah dan anak pergi mengunjungi Bonbon (kebun binatang) Surabaya. Sang ayah sudah tidak sabar untuk menunjukkan makna mem*k yang sebenarnya kepada anaknya.

Di depan kandang gajah, mereka berhenti. Sang ayah menunjukkan pada anaknya dengan menuding ke arah gajah.

“Nah, itu dia yang namanya mem*k!”

“Gajah itu mem*k,” Rikno garuk-garuk kepala, “wah besar sekaleeee…”

“Husy, bukan gajah, tapi ituuuu….”

“Yang mana yah…” Rikno berusaha menajamkan pengelihatannya. Tetap saja yang terlihat badan gajah yang besar.

“Ah, kamu ini gitu aja tidak tahu. Sudah jelas dari sini terlihat kok,” jawab ayahnya sedikit geram.

“Yang mana, apa yang panjang itu!” Seru Rikno.

“Kalau itu belalai namanya. Yang di belakang itu loh. Yang tepat di ekornya.”

“Oh, itu ya yang namanya mem*k. Iya yah aku tahu. Jadi mem*k itu fungsinya untuk nelek ya yah.” Sang ayah semakin frustasi dengan anaknya. Berkali-kali diberitahu tetap saja tidak tahu. Lelaki itu kehabisan ide.

“Ya sudah gini aja, kita lihat di sana lagi.” Dia menggandeng anaknya sembari menikmati kacang rebus.

Suasana hari itu cukup sejuk, mendung memayungi seisi penghuni Bonbin, sehingga tak ayal beberapa satwa pun memanfaatkan waktu untuk bercinta alias membuat anak.

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, terlihat dua ekor kera sedang memadu kasih.

“Ah, ini dia,” celetuk sang ayah, “monyet adalah binatang yang menyerupai manusia. Jadi ini pasti mudah bagiku untuk menunjukkan mem*k kepada Rikno.”

“Rik…Rik…sini cepat!” Seru ayahnya. Rikno berlari-lari kecil dan kemudian berdiri tepat di samping ayahnya.

“Kamu lihat kera yang sedang berciuman itu,”

“Kenapa dengan mereka yah.”

“Lihat saja dulu.”

“Sudah yah.”

“Ya itu mem*k.” Sang ayah menyaksikan pemandangan dengan takjub. Dalam hatinya berkata, “hmm, rupanya kalau kera sedang bercinta juga mirip manusia. Jadi pengin nih.”

“Yah…yah…” Rikno menarik baju ayahnya, “Rikno masih belum paham. Yang mana mem*k?”

“Oh duasar anak guob…” buru-buru sang ayah meralat ucapannya, takut bila makian kasar itu justru akan mengganggu pendewasaan sang anak.

“Masak sudah jelas begitu kamu masih belum tahu.” Rikno menggeleng.

“Gini aja biar ayah jelaskan sedikit. Kamu tahu yang di atas itu.” Rikno mengangguk.

“Dia itu pejantannya. Nah, yang di bawah itu betinanya.” Rikno mengangguk paham.

“Kamu tahu apa yang sedang mereka lakukan?” Rikno menggeleng.

“Mereka sedang bercinta. Kamu lihat bagian bawah itu, apa yang dilakukan si jantan terhadap si betina. Lihat baik-baik.”

“Sudah yah, jadi itu ya yah.”

“Ya nak, itu yang namanya mem*k.” Sahut ayahnya.

“Iya yah, sekarang Rikno sudah paham.” “Kalau kamu sudah paham, kamu dilarang bertanya lagi soal mem*k ke orang lain. Kamu paham yang ayah katakan ini.” Rikno kembali menggangguk, tetapi sebenarnya dia belum paham betul. Benaknya terus berkecamuk, “Apa benar mem*k itu kera yang saling tumpang tindih. Masak kalau sekedar binatang yang tumpang tinding nenek, ibu, dan ayah marah. Pasti aku sedang dibohongi oleh mereka. Aku tidak percaya dengan kata-kata orang dewasa. Cara ayah menjelaskan padaku juga tidak ikhlas begitu. Masa cuma binatang saja begitu sulit menjelaskan. Aku yakin yang namanya mem*k lebih dari itu.”

Setelah itu keduanya pulang ke rumah. Sang ayah langsung masuk kamar dan tidur. Ibu Rikno menyambut kepulangan mereka dengan hati riang. Sebelum masuk kamar sang ibu menegur suaminya.

“Gimana yah, apa Rikno sudah diberi penjelasan?”

“Sudah, kamu ga usah mikir itu lagi. Ayah mengantuk.”

“Syukurlah kalau begitu yah. Kalau anak itu tidak segera diberi tahu, dia bakal melunjak, berani kepada orang tua.”

***

Menjelang sore, keluarga Rikno kedatangan tamu, seorang pejabat lokal. Ceritanya sang pejabat sedang ada keperluan bisnis dengan ayah Rikno. Ayah Rikno saat itu sedang di kamar untuk berganti pakaian. Sementara ibunya berada di dapur membuatkan minuman untuk sang tamu. Si nenek keluar membeli makanan snack.

Di ruang tamu hanya ada sang pejabat yang sedang duduk santai sambil menikmati lukisan-lukisan yang terpajang di dinding. Rikno melihat keberadaan orang asing langsung menemui. Tanpa banyak cincong Rikno segera bertanya dengan tema yang masih sama.

“Bapak siapa?”

“Hei, anak kecil, kamu siapa juga?”

“Huh, ditanya malah balik bertanya. Tidak sopan.” Celetuk Rikno dalam hati. “Bapak siapa kok?” Rikno bertanya merengek.

“Saya anggota dewan.”

“Apa itu anggota dewan?” Rikno balik bertanya.

“Wakil rakyat.” Jawab sang pejabat singkat.

“Jadi bapak tahu segalanya.” Sang pejabat tersenyum memandang Rikno.

Dengan senyuman itu, Rikno menganggap sang pejabat seorang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik. Pikirnya, ah, tidak ada salahnya bertanya soal mem*k kepada sang pejabat.

“Masa seorang wakil rakyat bisa marah, kan pertanyaanku juga bersangkutan dengan wakil rakyat, kan aku juga wakil rakyat yang suaranya perlu diwakili, perlu dijawab.”

“Pak, boleh Rikno bertanya?”

“Silahkan!”

“Tapi bapak jangan marah ya.”

“Tergantung pokok pembahasannya.”

“Lho, masa cuma anak kecil seperti Rikno yang bertanya bapak bisa marah. Berarti bapak bukan wakil rakyat. Bapak bohong.”

“Tidak…tidak…kamu jangan salah sangka begitu. Oke, apa pertanyaanmu, Insya Allah jika bisa, bapak akan menjawabnya.”

“Begini pak, selama ini keluarga Rikno selalu membohongi Rikno. Padahal Rikno bertanyanya sopan. Tapi menurut mereka pertanyaan Rikno tidak sopan dan kurang ajar.”

“Iya, apakah itu?” Sang pejabat penasaran.

“Apa itu mem*k, Pak?” Sang pejabat kaget. Matanya kemudian melotot. Tak lama dia mengumpat dengan umpatan tidak mencerminkan seorang anggota dewan, yang katanya wakil rakyat itu.

“Diamput…dasar anak bebal. Siapa yang mengajari kamu berkata seperti itu. Mana bapakmu, mana ibumu? Pasti mereka orang tua tidak berbudi, tidak berakal sampai membiarkan anaknya berbuat kurang ajar begini.”

“Tuh kan bapak pasti marah.”

“Bagaimana tidak marah, pertanyaanmu itu loh…akkhhh…panggil orang tuamu, cepat!” Sang pejabat marah dengan berkacak pinggang. Tak lama ayah Rikno dan istrinya keluar menemui tamunya. Tetapi mereka lantas disambut caci maki dan omelan.

“Apa kalian tidak pernah mengajarkan tata krama pada anak kalian. Bagaimana anak sekecil itu bisa berkata mem*k. Itu tidak sopan namanya. Bodoh!”

“Maafkan kami pak. Sebenarnya Rikno sudah berkali-kali kami berikan penjelasan, tetapi rupanya hingga detik ini belum mengerti juga. Riknoooo…..” sang ayah memanggil dengan gusar.

Betapa lelaki itu tidak bisa menyembunyikan rasa malunya di hadapan tamu agung. Rikno datang tersenyum seolah tanpa dosa sambil menenteng mainannya. Wajar Rikno tidak tahu apa-apa karena memang anak sekecil belum waktunya mengerti. Dikarenakan pula orang tuanya dan orang-orang di sekelilingnya tidak pernah mengajarinya pengetahuan yang layak.

“Apa benar kamu bertanya pada pak pejabat soal mem*k?” Rikno mengangguk.

“Sudah berapa kali ayah bilang jangan bertanya soal itu lagi.” Ancam sang ayah. Dan…tiba-tiba plok! Sebuah tamparan mendarat di wajah Rikno. Pukulan yang akan diingat untuk selamanya. Tentu saja ini membuat Rikno bersedih. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang dewasa. Bagaimana mungkin seorang anak kecil bertanya mengenai sesuatu yang tidak dipahami terus dilarang. Baginya ini tidak adil.

“Mulai sekarang kamu ayah usir. Kamu tidak boleh tinggal di sini lagi. Dan ayah tidak mau mengganggapmu sebagai anak. Mulai sekarang kamu tinggal saja di desa dengan bibimu.” Ancam ayahnya.

“Iya, kamu dasar anak tidak tahu balas budi. Mulai besok ayah akan mengantar kamu ke desa. Jangan lagi kamu berani kembali ke rumah ini. Awas ya!” Ancam ibunya.

(Bersambung lagi coy/novi)

NB: Ide cerita saya ambil saat mendengarkan monolog Putu Wijaya beberapa tahun silam.

Catatan Rindu Sang Hamba

Aku mencintaimu seperti seorang hamba. Jika pandangan mataku tertambat padamu, duhai betapa jiwaku tergetar. Engkau tempati hatiku di seluruh dunia dan akherat. Maka, aku sangat merindu jiwamu untuk senantiasa menyertai kegersangan hatiku. Tidakkah kau mendengar debaran hatiku ini sayang. Oh betapa bahagia dan indahnya saat ini.

Catatan Piala

Aku telah mengepakkan sayapku padamu. Tlah kusampaikan harapan dan mimpiku padamu. Sungguh aku tlah mempersembahkan piala yang memabukkan diriku hingga tak tersisa sedikitpun.