(Sebelumnya)
Caligula nampak terkejut. Ada mimik kecewa terhadap jenis kelamin bayi itu. Melihat perubahan wajah Sang Kakak, Drussila cepat tanggap. Ia langsung bilang, biar wanita, ia bisa menjadi pewaris tahta. Ia bisa menggantikan ayahnya untuk menjadi raja Romawi.
Kalimat Drussila itu membahagiakan Caligula. Raja pemarah itu tak lagi bersungut. Ia kembali bahagia. Ia berteriak-teriak kegirangan. Dengan lantang Caligula mengumumkan kerajaan Romawi bakal melakukan pesta besar-besaran untuk menyambut kelahiran jabang bayi itu.
Sabda pandita ratu. Yang terucap langsung direspons yang hadir. Dalam tempo cepat, keriuhan pesta pun berjalan. Hiruk-pikuk terjadi di dalam istana ini. Makanan dan minuman keras dihidangkan. Termasuk laki-laki telanjang dan perempuan bugil berserak di ruang itu. Pesta gila-gilaan terjadi. Dan adegan sodomi, oral seks, serta heteroseks pun memenuhi aula prosesi kelahiran itu.
Saat para elit politik kerajaan Romawi melakukan pesta massal itu, Drussila merasakan kepalanya pening. Tubuh gadis ini menggigil. Keringat bercucuran. Pakaian tipis warna putih yang dikenakan basah oleh keringat. Nampak guratan dari lekuk liku tubuhnya yang indah.
Gadis ini terduduk di ruang itu. Ia berusaha menghindar dari ruang pesta. Ia berusaha menguatkan diri agar tidak tampak sakit. Tapi kakinya sulit untuk diajak melangkah. Akhirnya ia pingsan. Gadis ini tak sadarkan diri di tengah keramaian suasana pesta yang meriah.
Caligula melihat kondisi Drussila yang mengkhawatirkan, langsung menghentikan pesta. Suaranya menggelegar di ruangan. Ia berteriak histeris. Ia menyuruh adiknya dibawa ke peraduannya. Ia menghentikan pesta. Dan seluruh tabib istana diperintahkan untuk merawat Drussila.
Drussila dibopong ramai-ramai ke kamar tidur raja. Gadis itu tubuhnya sudah lemas tak berdaya. Saat dibaringkan di kamar, gadis ini sudah sangat lemah. Dan yang menakutkan, ketika para tabib yang berusaha mengobati gadis ini ditanya Caligula, semuanya menggelengkan kepala.
Caligula panik. Ia duduk dan merangkul kepala adiknya. Ia melihat wajah Drussila sudah kepucatan. Matanya sayu, dan bibirnya melukis sesungging senyum. Seperti senyum ucapan selamat tinggal.
Saat Caligula menangis histeris, mata Drussila terbuka. Bibir gadis itu kelu. Ia tak mampu mengucapkan kata-kata. Senyumnya kembali mengembang. Tapi itu tak lama. Hanya sekejap. Setelah itu matanya terpejam, dan kepalanya lunglai. Drussila, adik Caligula yang merangkap kekasih, orangtua, dan guru etikanya itu menghembuskan nafas terakhir. Ia meninggalkan segalanya. (bersambung/JOSS)
NB: Bagi yang belum dewasa dilarang membaca naskah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar