Kamis, 10 Desember 2009

Mahalnya Harga Sebuah Mem*k (Bag IV)

Berita ibu guru menurunkan rok dan cdnya seketika menggemparkan desa. Para murid yang kebakaran jenggot akibat ulah bu guru langsung melaporkannya ke orang tua masing-masing. Para wali murid pun serempak berdemo. Mereka mendepak sang guru beramai-ramai. Yanti, demikian namanya tak kuasa menahan derita yang sedang dihadapi. Bu Guru Yanti diusir warga desa, karena dianggap telah mengajarkan pornografi kepada murid-muridnya. Sementara hanya satu anak yang tak bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Dialah Rikno. Karena kebaikan serta kejujuran sang guru itulah Rikno menjadi tahu yang namanya mem*k. Tetapi hal tersebut lantas diartikan banyak orang sebagai perbuatan yang tidak lazim. Yang membuat sang guru harus terlunta-lunta tanpa tempat tinggal.
Berhari-hari sang guru harus mengais makanan dari sampah. Ia seketika menjadi tunawisma "dadakan".
"Kasihan ibu guru Yanti ya," kata Rikno kepada bibinya.
"Sudah kamu tidak usah mikirin itu. Itu semua kan akibat perbuatannya sendiri," sambut sang bibi.
"Lho, kenapa kok bibi malah berkata seperti itu. Bukankah semua ini akibat dari ulah Rikno. Kalau Rikno tidak bertanya soal mem*k, mungkin ibu guru tidak akan menunjukkannya pada Rikno. Dan sekarang Rikno jadi tahu apa itu mem*k."
"Kamu sendiri kenapa tanya-tanya hal-hal yang tidak perlu begitu. Dan sekarang lihat ibu guru Yanti. Di sana sini dia tidak mendapat tempat. Dia sekarang menggelandang."
"Kalau Rikno tanya pada bibi, apakah bibi akan memberitahu?" Rikno membalas ucapan bibinya dengan tangkas.
Seketika mulut sang bibi seperti terkunci rapat. Kata-kata ponakannya seperti bola api panas yang meluncur mengenai dirinya.
"Memang benar Rik, tak semua orang dapat berbicara jujur. Negeri ini memang sedang dilanda krisis kejujuran. Moral semua orang pada rusak, tak terkecuali pemimpin kita. Kalau saja pemimpin kita dan orang-orang yang duduk di kursi terhormat itu mau meluangkan kejujurannya, mungkin negeri ini tidak akan seperti ini. Hanya kejujuranlah modal utama untuk membentuk karakter bangsa ini. Maafkan bibi ya karena telah salah menilaimu."
"Ah, tidak masalah bi. Rikno juga minta maaf jika telah kurang ajar terhadap bibi. Oh iya, bi, terus bagaimana dengan ibu guru Yanti. Apa perlu beliau kita tampung di sini?"
"Rikno, ssstt..." Sang bibi segera meletakkan jari telunjuk ke bibirnya.
"Apa? Apa maksud bibi ssst..."
"Sudah jangan diteruskan. Yang terjadi biarlah terjadi."
"Tapi Rikno belum paham."
"Apa kamu tidak mengerti dengan adat. Karena adatlah kita dapat beradaptasi dengan masyarakat. Dan apabila adat sudah bertindak, maka jangan sekali-kali kita berani untuk memainkannya."
"Apa maksud bibi?" Rikno masih belum paham.
"Ibu guru Yanti saat ini tengah menjalani hukuman adat. Dia tak boleh dibantu siapapun."
"Jadi...ja...ja...di...beliau dibiarkan begitu saja!" Seru Rikno.
"Huss, kamu jangan berpikiran begitu. Kalau kita bantu, nanti kita sendiri yang akan kena adab dari adat itu."
"Lalu bagaimana dengan kata-kata ibu soal kejujuran tadi. Mana...mana...?"
Sang bibi segera menundukkan kepala mendengar suara keponakannya yang masih lugu tersebut. (Bersambung lagi coy/novi)

NB: Ide cerita saya ambil saat mendengarkan monolog Putu Wijaya beberapa tahun silam.

Catatan Seks dan Qolbu

Seks itu tidak tabu, Kawan. Tapi seksi itu adalah fitrah manusia. Demikian pula kemanunggalan kawula dan gusti. Bukan berarti aku Fir'aun, Kawan. Sebab di sini kita mengenalNya melalui sifat dan asma dengan qolbu, hati, ati atau manah sebagai cerminan sifat Tuhan.

Selasa, 01 Desember 2009

Catatan Menolak

Ya Allah, aku berdoa padamu: aku tidak ingin kaya. aku tidak ingin bahagia. aku tidak ingin dapat jodoh. aku tidak ingin sehat. aku tidak ingin sukses. aku tidak ingin makmur. aku tidak ingin maju. aku tidak ingin mati. aku tidak ingin hidup. aku tidak ingin di surga. aku tidak ingin di neraka. aku tidak ingin berteman...

Catatan Dosa-dosaku

Suatu keterikatan melandasi kebahagiaan dan kehancuran diri. Lantaran keterikatan itulah keangkaramurkaan dan amarahku muncul ketika mengetahui masalah bertubi-tubi. Sampai saat ini aku takut dengan dosa-dosaku akan kembali mendatangiku. Jika dia sampai datang, demi Allah aku rela membunuh biang masalah itu.

Catatan Cita-cita

Untuk sementara kebahagiaan itu tertinggal di ujung jalanan, terhempas melayang-layang. Kini yang ada hanya cita-cita yang kian tak bertepi, tapi nanti/kelak pasti ada ujung. Tidak lama...ya...tidak lama...karena secara kasat mata ia bisa terlihat dari sini.

Catatan Doa

Di sanalah tempat berkumpulnya para pencinta Tuhan dan Tuhan mencintai mereka. Berjalan beriringan, berdzikir, berdoa dan berbicara kepada yang dicintainya. Mengalir di sungai kasih Isa Ibnu Maryam as. Beriring malaikat memuji Muhammad saw.

Dari Mana Kita Peroleh Info Bencana ?

Assalaamu'alaykum Wr. Wb,

Bencana mestinya bisa membuat kita mawas diri, terutama kita sebagai orang yang beriman. Terlepas dari apakah ini azab atau ujian dari Allah SWT, yang jelas Allah sedang menurunkan tanda-tanda kebesarannya. Kalau kita mau memikirkan dan mau "melihatnya".
Gempa di Sumatra Barat kemarin dan hari ini sangat menarik. Saya menerima sms dari adik yang isinya sbb: Coba kita perhatikan waktu gempa utama yang terjadi kemarin, jam 17:16 WIB. Sekarang, coba kita simak Quran Surat 17 (Al Isra) ayat 16:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَافَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَاتَدْمِيرًا"

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkankepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta'ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Kemudian gempa susulan terjadi pukul 17.38. Kita buka Quran Surat 17 (Al Isra) ayat 38:

كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيٍّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا"

Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu.
"Saya jadi tergelitik.. .. Gempa susulan lagi yang terjadi tadi pagi di Kerinci (perbatasan Sumatra Barat-Jambi) , kejadiannya pada pukul 8.52. Dengan bergetar... saya coba buka Quran Surat 8 (Al Anfal) Ayat 52:

كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَفَرُواْ بِآيَاتِاللّهِ فَأَخَذَهُمُ اللّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُالْعِقَابِ"

(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutny a serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi amat keras siksaan-Nya.
SUBHANALLAH
rom: Azrif Irdam Zahir, Sent: Friday, October 02, 2009 9:20 AM

Catatan Qolbu

Dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging itu rusak. Maka rusaklah seluruhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu.

Catatan Kawulo Gusti

Apabila qolbu itu dekat dengan Allah. Sampai dekatnya dengan urat nadi leher, maka hati hamba menjadi tempat bersemayamnya Allah. Kalau hati dekat dengan Allah, pikiran tenang dan mendengarkan suara hati. Perkataan difikirkan dulu, tindakan diniyatkan di jalan Allah. Manunggaling Kawulo Gusti, jumbuh Kawulo lan Gusti dalam ridlo-Nya.

Catatan Nafsu

Aku ingin memenuhi hasrat seksuilku. Dengan siapakah yang baik, dengan wanita pelacur, ataukah dengan wanita simpanan, ataukah dengan teman, ataukah dengan istri orang, ataukah dengan tangan sendiri ataukah dengan pasangan sah?

Catatan Kehampaan

Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsupun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan, hanya saja penampilanku skedar mirip mayat baru: busuk bercampur debu, napsu terhembus ke segala penjuru dunia.

Catatan Kelanggengan

Siang dan malam tidak dapat memisah dariku. Hanya saat ini -- itu berlaku, yakni selama saya mati dalam hidup. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, itu lenyap lagi, berikut kebenaran yang menyusul lenyap. Gilalah mereka yang terikat padanya, sebab yang tinggal ha...nya hidupku, ketenteraman langgeng dalam diri sendiri.

Catatan Kejahatan

kadang aku berbuat baik dan sebaik-baiknya hanya sesuai dengan apa yang kukehendaki, tapi kadang aku berbuat buruk supaya kau tahu sejatinya diriku...

Catatan Mabuk

Arak adalah bukti ke-angguran, mabuk adalah bukti kepayangan. Demikian pula lukisan alam mayapada adalah bukti akan KeindahanNya.

Catatan Sepercik Air

Duduk di tepi sungai dengan gelombang percik wujud suaraNYA. Menopang tanya dibalik embun yang merapat.
Dikisahkan muara dua beda yg tak ku mengerti. Sang lalu menangkapku di pelukannya sejenak. Membuatku menikmati segala kilau menyesakkan dada.
Menjatuhkanku dibuai bait pecahan kecewa.
Rongga ini seakan tak menyisakan udara, semakin sempit saja rupanya.
Tapi aku tertolong dengan jiwaku sendiri, yang menetralisir kesombongan dan harapan yang terlalu terbang tinggi.
Mengembalikannya kepada Sang Nyawa.
Kudapati piluku merunduk sepi. Diantara daun yang mulai basah, diantara jalan yang mulai sepi.
Bahwasannya segala yang kita punya tak jadi apa-apa. Segala yang kita miliki titipan belaka.
Lalu, biarlah kebajikan menerangi hati untuk menolong dirimu sendiri.
Mungkin dengan adanya hidayah, ketukan malaikat akan terasa sempurna.
Takkan jadi sia-sia, takkan terbuang begitu saja. Hargailah Kehidupan sebagaimana kita diciptakan. Berilah dengan cinta, kembalikan dengan cinta.(Ike Martha)

Cerita Masa kecilku..." Peri Sol Sepatu....Sang Penolongku"

Saat ini aku sedang tersenyum...., tertawa..., mungkin sedikit geli...

Dulu..., waktu aku dibangku sekolah mungkin saat itu aku baru kelas 1 SD, aku punya teman sebangku,
kata ibu...,aku harus selalu baik sm temanku, punya kue dan makanan kita harus berbagi, kalo temanku lupa gk bawa pensilnya kesekolah, aku harus meminjaminya biar kita bisa sama2 gk tertinggal pelajaran.

Taapii...Suatu hari..., sepertinya aku gk berbuat apa2 sm dia..., lho... khuq...tau2nya aku dipukulx keras2 smp aku nangis.
Keesokan harinya...., aku gk mau lg duduk sebangku, malahan aku minta dipindahkan sekolah, awalnya ortuku keberatan, tapi aku beralasan gk mau duduk sm cowok, krn mmg di tmpt aku sekolah duduknya selalu cowok sm cewek sebangku. lalu alasan kedua karena terlalu jauh, jd sering telat, jd nanti sering bolos.

Akhirnya aku dpt ACC dari bokap, karena waktu itu kebetulan didpn rumah ada sekolah SD. "yo wis...,tak pindah didepan, kalo boolos biar ketahuan gurunya" kata bokap.
Sennneennngnya hatiku......."pasti asyik deh pindah sekolah baru, khan temannya juga baru2, dan yg pasti aku gk bakal ketemu 'si tukang pukul itu', lagi".

Uuughh....ternyata sama aja...disekolah baruku,meskipun sebagian memang baik, tp teman2ku banyak yg sering cerita kalo disitu jg ada anak yg suka ganggu2 gitu.Memang bnyk yg gk seneg banget sama ulah, tingkah dan keusilannya itu.Kita semua pokoknya dibikin sangat amat terganggu deh.... Dan bener ajah ...,aku masih juga harus meladeni si tukang reseh dan usil....,hampir tiap hari aku di gangguin, entah itu dipukul, dicubit, diledek, rasanya...capee'...bgt ngeladenix...aku udah lari2 menghindar aja tiap mau dipukul, ngumpet, lapor sama guru, nangis...tetep ajah itu anak gk mau berhenti dr hobby usilnya ke aku.

Suatu saat, ketika dia mulai mengganggu aku, aku pura2 nangis...dan gak taunya, ada teman yg
ngaduin ke kakakku yg jg sekolah disitu. Kakaku coba menghibur dan menenangkanku. Lalu aku bilang..."aku cuma pura2 khoq..." kemudian kakaku pergi, kembali kekelasnya...
Tau gak...apa yg aku kerjain setelah itu .....??? hi hi hi...ha ha ha....
Aku copot sepatu 'Bata"-ku...dan aku timpukin kemuka ntuh anak yg suka usil...iiihhhiii....ternyata..., kemudian dia nangis lho...,, gimana enggak? Sepatu bata jaman aku dulu sol bawah-nya super keras banget lho...bahkan keesokan harinya waktu masuk sekolah lagi...itu pipinya dia yg putih mulus, masih berwarna merah berbentuk sol sepatuku....

kasihan banget...., tp dalam hati aku tertawa2, "ha ha ha...rasaiiinnn...!"

...dan sejak hari itu...aku gak pernah digangguin lg sm dia....senengnya...., seolah2 aku punya peri yg sudah nolongin aku dari rasa takutku,..."terima kasih sol sepatuku...."




Rabu, 05-11-2009 at 17.48."Little Dida"

Surat balasan dari Tuhan (Re : Tuhan....Aku "Ngambek pada-Mu)

(Ketika Lia Kanzha mengirim surat kepada Tuhan bahwa "Tuhan...Aku "Ngambek" pada-Mu"...Malaikat datang melalui wujud seorang teman dan memberiku surat balasan)

Semua ada waktunya......

Semua indah pada waktunya.... ..

TUHAN tak akan terlambat, juga tak akan lebih cepat.....

TUHAN tahu beberapa hal yg dapat mendorongmu untuk tetap bertahan !

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia, Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih, Tuhan sudah menghitung airmatamu.

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja, Tuhan sedang menunggu bersama denganmu.

Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelepon, Tuhan selalu berada disampingmu.

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi, Tuhan punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan, Tuhan dapat menenangkanmu.

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan, Tuhan sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur, Tuhan telah memberkatimu.

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban, Tuhan telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi, Tuhan sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.

Ingat bahwa di manapun kau atau ke manapun kau menghadap... TUHAN TAHU***(L-Kanzha)

Tuhan.....aku "Ngambek" padaMu

Tuhan......
Aku tahu, Engkaulah pemilik seluruh dimensi hati yang ada.
Penguasa metamorfosis kalbu.
Pembuka dan penutup perjalanan jiwa manusia....

**Tapi mengapa Tuhan??? Gelisah hati ini selalu timbul tenggelam**

**Apakah aku tidak percaya padaMu**
**Ooh..tidak, tidak itu!!!...aku sangat percaya padaMu**

Tapi mengapa Tuhan ???

Saat aku memohon kebahagiaan......
Karena takut menjadi santapan alam raya akibat nasib baik yang tidak berpihak kepadaku......

Aku merasa, Engkau begitu lamban sebagai perencana terhebat hidupku.....
Sementara mimpi dan harapan terus membumbung tinggi tak terbendung.....

Walaupun aku terus merajuk dan merayumu dengan kata-kata mesra berdalih doa.....

Semuanya terasa begitu lama...
Aku tak sabar menanti buah dari kesabaran dan keikhlasan ("kebenaran, keindahan dan kemanfaatan").....

Apa aku yang terlalu cerewet dan bawel meminta ini itu padaMu Tuhan ???

Hhhhmmm baiklah.....

Malam ini aku mau "Ngambek" aja....

*****HANYA DIAM****

Bersama air mata langit dan senyum jiwa bumi.....

"Berilah apa yang pantas menurutMu dan bukan yang pantas menurutku"

"Berilah kebesaran hati untuk mensyukuri dan merasa cukup dengan apa yang menjadi bagianku"

Sekian Tuhan.....(L-Kanzha)

Catatan Kiamat

Kenapa orang takut pada kiamat, karena kiamat tidak takut dengan orang. Kenapa kiamat tidak takut dengan orang karena kiamat ditiup dengan sangkala Israfil. Kenapa Israfil sedang disuruh Tuhan. Kenapa Tuhan memberi kiamat karena Tuhan bilang begitu. Kenapa Tuhan bilang begitu, ya itu terserah Tuhan. Kenapa terserah Tuh...

Catatan Air Mata

Seandainya aku bisa mengumpulkan semua air mata dia dr awal hingga sekarang, demi Allah aku akan membuat airmatanya itu berwudhu utk membasuh mukaku. Karena aku tak ingin melihat dia trus-trusan seperti ini. Aku pengin melihat dia tersenyum dan tertawa, krn tawa dia itu bs menyenangkan hati orang yg melihatnya.

Catatan Akherat

Aku tak bisa menjanjikanmu kekayaan, tetapi aku bisa membawamu menuju akherat yang kekal...

Mahalnya Harga Sebuah Mem*k (Bag III)

Rikno sekarang disekolahkan ayahnya di desa. Dia ikut bibinya. Tetapi Rikno sudah mulai paham mengenai keadaan di luar sana yang seperti hukum rimba. Orang salah ngomong saja langsung dihakimi, seperti halnya dirinya. Hanya ingin tahu arti mem*k saja semua orang langsung memarahi dan mengumpatnya. Padahal dia benar-benar tidak tahu yang artinya mem*k. Hingga dia memasuki tahun ajaran baru di TK, rasa penasaran Rikno semakin menjadi-jadi. Cuma kali ini Rikno sadar akan posisinya. Yah, dia tak lagi berharap mengetahui jawaban dari orang-orang terdekatnya atau keluarganya. Sebab hal itu nantinya justru akan menambah masalah lagi. Sebenarnya rasa penasaran RIkno sangat besar dan ingin sekali menanyakan prihal mem*k ini ke bibinya. Tetapi lantas dia urungkan.

“Aku takut jika bertanya ke bibi, nanti masalah akan kembali panjang. Di sana saja aku sudah diusir ayah. Masa di sini juga harus diusir lagi. Ah, biarlah nanti aku tanyakan kepada bu guru saja. Mungkin bu guru bisa membantu kerisauanku.” Kata Rikno.

Masa orientasi sekolah TK sudah selesai. Kini Rikno memulai ajaran baru sebagai siswa kelas Nol Besar. Besar harapan Rikno di sekolah barunya ini dia akan menemukan jawaban dari pertanyaannya tersebut.

Saat bu Yanti membuka ajaran pertama, dia kemudian bertanya kepada murid-muridnya.

“Hayo anak-anak, ada yang pengin bertanya?”

Semua murid diam. Tak ada yang berani bertanya. Saat itu kegundahan Rikno timbul tenggelam.

“Ini waktunya aku bertanya. Siapa tahu ibu Yanti bisa menjawabnya!” Seru Rikno.

“Hayo anak-anak siapa yang mau bertanya, kalau tidak ada ibu hitung tiga kali. Satu….dua…tiii…”

“Saya bu…” terdengar jawaban dari belakang bangku.
Rupanya Rikno yang mengacungkan tangan. Semua mata memandang pada anak berumur 5 tahun tersebut. Anak yang duduk di bangku depan serempak menoleh ke belakang, berharap ingin tahu pertanyaan yang diacukan temannya itu.

“Anu bu, Riknomau tanya, tapi ibu jangan marah ya…”

“Lho buat apa ibu marah, lha wong kamu aja belum bertanya!” Seru Ibu Yanti.

“Tapi…tapi…”

“Rikno ga usah takut, bilang saja apa yang mau kamu tanyakan.”

“Biasanya kalau Rikno bertanya demikian ini, semua orang pada marah ke Rikno.”

“Rikno, tidak ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Semua pertanyaan pasti ada jawabannya. Mungkin mereka marah karena sedang capek saja.”

“Bukan itu bu, kata mereka pertanyaan Rikno ini tidak sopan.”

“Rikno apa kata ibu barusan. Kamu tidak perlu takut. Ibu pasti akan menjawabnya sebisa mungkin. Ayo ngomong saja ke ibu ada apa?” Desak Ibu Yanti.

“Rikno cuma pengin tahu sebenarnya mem*k itu apa?”

“Apa, Rik…” Seketika raut wajah sang ibu guru menjadi memerah.
Rikno sudah merasa bahwa pertanyaannya bakal memicu polemik. Dia sadar apa yang diucapkanya tidak sopan. Tetapi dikarenakan rasa keingintahuan Rikno yang besar, maka dia memberanikan bertanya ke gurunya, tak peduli apakah pertanyaannya itu sopan atau tidak.

“Kamu yakin dengan pertanyaanmu itu Rik?” Sang guru bertanya balik ke Rikno.

Rikno mengangguk dengan pandangan mata serius.

“Halah, ga usah dijawab bu. Wong cuma Rikno aja kok. Masa cuma nanya hal-hal yang tidak berbobot gitu.” Sahut teman-teman Rikno sekelas.

“Iya bu, pertanyaan Rikno sungguh lucu. Masa cuma nanya mem*k. Lucu banget.”

“Emang kalian tahu apa itu mem*k?” Ibu guru balik bertanya ke murid satu kelas. Seketika itu suasana yang tadinya hingar bingar menjadi hening. Semua anak saling beradu pandangan. Mencari-cari jawaban yang pas, tetapi justru mereka sendiri tidak tahu yang namanya mem*k.

“Gimana apa kalian tahu apa itu mem*k?”
Semua anak membisu. Sebagian menggeleng kepala.

“Rikno , apa kamu yakin pengin tahu apa itu mem*k.”

“Iya bu.” Jawab Rikno mantab.

“Apa kamu sudah siap mental?” Tanya ibu guru Yanti.

“Iya bu. Rikno sudah siap lahir dan batin.

“Baiklah kalau itu kemauanmu. Ibu tidak akan menjelaskan padamu, sebab kamu sendiri pasti tidak akan mengerti. Ibu akan menunjukkannya padamu.”

Semua anak baik Rikno tak sabar menanti detik-detik mendebarkan itu.

“Rikno…” kata Ibu guru Yanti dengan yakin sambil berdiri di depan Rikno, “kalau kamu pengin tahu yang namanya mem*k. Ini dia mem*k.” Seketika itu si ibu guru membuka rok dan cdnya tepat di depan Rikno dan murid-murid satu kelas lainnya. Dia lalu menunjuk ke arah mem*k yang dimaksud.

“Akh…akhh…ibu guru jorok….ibu guru jorok..” Seketika ruangan kelas menjadi hingar. Para murid saling berhamburan keluar. Mereka yang melihat ulah sang ibu guru tidak tahan, lari tunggang langgang, kecuali Rikno.Dengan penuh kesabaran dan rasa keingintahuan yang sangat tinggi, Rikno memperhatikan meme*k sang ibu guru.

“Jadi ini yang dinamakan mem*k itu?” Tanya Rikno.
Ibu guru Yanto mengangguk.

“Jadi ini yang membuat Rikno keluar ke muka bumi ini?”

“Iya Rikno. Dari sinilah kamu, ibu, dan orang tua sedunia ini dilahirkan. Jadi kamu sudah tahu kan yang namanya mem*k!” Jawab ibu guru yang kemudian menutup kembali auratnya dengan cd dan menurunkan roknya. (Bersambung lagi coy/novi)

NB: Ide cerita saya ambil saat mendengarkan monolog Putu Wijaya beberapa tahun silam.

Mahalnya Harga Sebuah Mem*k (Bag II)

Siang itu kedua ayah dan anak pergi mengunjungi Bonbon (kebun binatang) Surabaya. Sang ayah sudah tidak sabar untuk menunjukkan makna mem*k yang sebenarnya kepada anaknya.

Di depan kandang gajah, mereka berhenti. Sang ayah menunjukkan pada anaknya dengan menuding ke arah gajah.

“Nah, itu dia yang namanya mem*k!”

“Gajah itu mem*k,” Rikno garuk-garuk kepala, “wah besar sekaleeee…”

“Husy, bukan gajah, tapi ituuuu….”

“Yang mana yah…” Rikno berusaha menajamkan pengelihatannya. Tetap saja yang terlihat badan gajah yang besar.

“Ah, kamu ini gitu aja tidak tahu. Sudah jelas dari sini terlihat kok,” jawab ayahnya sedikit geram.

“Yang mana, apa yang panjang itu!” Seru Rikno.

“Kalau itu belalai namanya. Yang di belakang itu loh. Yang tepat di ekornya.”

“Oh, itu ya yang namanya mem*k. Iya yah aku tahu. Jadi mem*k itu fungsinya untuk nelek ya yah.” Sang ayah semakin frustasi dengan anaknya. Berkali-kali diberitahu tetap saja tidak tahu. Lelaki itu kehabisan ide.

“Ya sudah gini aja, kita lihat di sana lagi.” Dia menggandeng anaknya sembari menikmati kacang rebus.

Suasana hari itu cukup sejuk, mendung memayungi seisi penghuni Bonbin, sehingga tak ayal beberapa satwa pun memanfaatkan waktu untuk bercinta alias membuat anak.

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, terlihat dua ekor kera sedang memadu kasih.

“Ah, ini dia,” celetuk sang ayah, “monyet adalah binatang yang menyerupai manusia. Jadi ini pasti mudah bagiku untuk menunjukkan mem*k kepada Rikno.”

“Rik…Rik…sini cepat!” Seru ayahnya. Rikno berlari-lari kecil dan kemudian berdiri tepat di samping ayahnya.

“Kamu lihat kera yang sedang berciuman itu,”

“Kenapa dengan mereka yah.”

“Lihat saja dulu.”

“Sudah yah.”

“Ya itu mem*k.” Sang ayah menyaksikan pemandangan dengan takjub. Dalam hatinya berkata, “hmm, rupanya kalau kera sedang bercinta juga mirip manusia. Jadi pengin nih.”

“Yah…yah…” Rikno menarik baju ayahnya, “Rikno masih belum paham. Yang mana mem*k?”

“Oh duasar anak guob…” buru-buru sang ayah meralat ucapannya, takut bila makian kasar itu justru akan mengganggu pendewasaan sang anak.

“Masak sudah jelas begitu kamu masih belum tahu.” Rikno menggeleng.

“Gini aja biar ayah jelaskan sedikit. Kamu tahu yang di atas itu.” Rikno mengangguk.

“Dia itu pejantannya. Nah, yang di bawah itu betinanya.” Rikno mengangguk paham.

“Kamu tahu apa yang sedang mereka lakukan?” Rikno menggeleng.

“Mereka sedang bercinta. Kamu lihat bagian bawah itu, apa yang dilakukan si jantan terhadap si betina. Lihat baik-baik.”

“Sudah yah, jadi itu ya yah.”

“Ya nak, itu yang namanya mem*k.” Sahut ayahnya.

“Iya yah, sekarang Rikno sudah paham.” “Kalau kamu sudah paham, kamu dilarang bertanya lagi soal mem*k ke orang lain. Kamu paham yang ayah katakan ini.” Rikno kembali menggangguk, tetapi sebenarnya dia belum paham betul. Benaknya terus berkecamuk, “Apa benar mem*k itu kera yang saling tumpang tindih. Masak kalau sekedar binatang yang tumpang tinding nenek, ibu, dan ayah marah. Pasti aku sedang dibohongi oleh mereka. Aku tidak percaya dengan kata-kata orang dewasa. Cara ayah menjelaskan padaku juga tidak ikhlas begitu. Masa cuma binatang saja begitu sulit menjelaskan. Aku yakin yang namanya mem*k lebih dari itu.”

Setelah itu keduanya pulang ke rumah. Sang ayah langsung masuk kamar dan tidur. Ibu Rikno menyambut kepulangan mereka dengan hati riang. Sebelum masuk kamar sang ibu menegur suaminya.

“Gimana yah, apa Rikno sudah diberi penjelasan?”

“Sudah, kamu ga usah mikir itu lagi. Ayah mengantuk.”

“Syukurlah kalau begitu yah. Kalau anak itu tidak segera diberi tahu, dia bakal melunjak, berani kepada orang tua.”

***

Menjelang sore, keluarga Rikno kedatangan tamu, seorang pejabat lokal. Ceritanya sang pejabat sedang ada keperluan bisnis dengan ayah Rikno. Ayah Rikno saat itu sedang di kamar untuk berganti pakaian. Sementara ibunya berada di dapur membuatkan minuman untuk sang tamu. Si nenek keluar membeli makanan snack.

Di ruang tamu hanya ada sang pejabat yang sedang duduk santai sambil menikmati lukisan-lukisan yang terpajang di dinding. Rikno melihat keberadaan orang asing langsung menemui. Tanpa banyak cincong Rikno segera bertanya dengan tema yang masih sama.

“Bapak siapa?”

“Hei, anak kecil, kamu siapa juga?”

“Huh, ditanya malah balik bertanya. Tidak sopan.” Celetuk Rikno dalam hati. “Bapak siapa kok?” Rikno bertanya merengek.

“Saya anggota dewan.”

“Apa itu anggota dewan?” Rikno balik bertanya.

“Wakil rakyat.” Jawab sang pejabat singkat.

“Jadi bapak tahu segalanya.” Sang pejabat tersenyum memandang Rikno.

Dengan senyuman itu, Rikno menganggap sang pejabat seorang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik. Pikirnya, ah, tidak ada salahnya bertanya soal mem*k kepada sang pejabat.

“Masa seorang wakil rakyat bisa marah, kan pertanyaanku juga bersangkutan dengan wakil rakyat, kan aku juga wakil rakyat yang suaranya perlu diwakili, perlu dijawab.”

“Pak, boleh Rikno bertanya?”

“Silahkan!”

“Tapi bapak jangan marah ya.”

“Tergantung pokok pembahasannya.”

“Lho, masa cuma anak kecil seperti Rikno yang bertanya bapak bisa marah. Berarti bapak bukan wakil rakyat. Bapak bohong.”

“Tidak…tidak…kamu jangan salah sangka begitu. Oke, apa pertanyaanmu, Insya Allah jika bisa, bapak akan menjawabnya.”

“Begini pak, selama ini keluarga Rikno selalu membohongi Rikno. Padahal Rikno bertanyanya sopan. Tapi menurut mereka pertanyaan Rikno tidak sopan dan kurang ajar.”

“Iya, apakah itu?” Sang pejabat penasaran.

“Apa itu mem*k, Pak?” Sang pejabat kaget. Matanya kemudian melotot. Tak lama dia mengumpat dengan umpatan tidak mencerminkan seorang anggota dewan, yang katanya wakil rakyat itu.

“Diamput…dasar anak bebal. Siapa yang mengajari kamu berkata seperti itu. Mana bapakmu, mana ibumu? Pasti mereka orang tua tidak berbudi, tidak berakal sampai membiarkan anaknya berbuat kurang ajar begini.”

“Tuh kan bapak pasti marah.”

“Bagaimana tidak marah, pertanyaanmu itu loh…akkhhh…panggil orang tuamu, cepat!” Sang pejabat marah dengan berkacak pinggang. Tak lama ayah Rikno dan istrinya keluar menemui tamunya. Tetapi mereka lantas disambut caci maki dan omelan.

“Apa kalian tidak pernah mengajarkan tata krama pada anak kalian. Bagaimana anak sekecil itu bisa berkata mem*k. Itu tidak sopan namanya. Bodoh!”

“Maafkan kami pak. Sebenarnya Rikno sudah berkali-kali kami berikan penjelasan, tetapi rupanya hingga detik ini belum mengerti juga. Riknoooo…..” sang ayah memanggil dengan gusar.

Betapa lelaki itu tidak bisa menyembunyikan rasa malunya di hadapan tamu agung. Rikno datang tersenyum seolah tanpa dosa sambil menenteng mainannya. Wajar Rikno tidak tahu apa-apa karena memang anak sekecil belum waktunya mengerti. Dikarenakan pula orang tuanya dan orang-orang di sekelilingnya tidak pernah mengajarinya pengetahuan yang layak.

“Apa benar kamu bertanya pada pak pejabat soal mem*k?” Rikno mengangguk.

“Sudah berapa kali ayah bilang jangan bertanya soal itu lagi.” Ancam sang ayah. Dan…tiba-tiba plok! Sebuah tamparan mendarat di wajah Rikno. Pukulan yang akan diingat untuk selamanya. Tentu saja ini membuat Rikno bersedih. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang dewasa. Bagaimana mungkin seorang anak kecil bertanya mengenai sesuatu yang tidak dipahami terus dilarang. Baginya ini tidak adil.

“Mulai sekarang kamu ayah usir. Kamu tidak boleh tinggal di sini lagi. Dan ayah tidak mau mengganggapmu sebagai anak. Mulai sekarang kamu tinggal saja di desa dengan bibimu.” Ancam ayahnya.

“Iya, kamu dasar anak tidak tahu balas budi. Mulai besok ayah akan mengantar kamu ke desa. Jangan lagi kamu berani kembali ke rumah ini. Awas ya!” Ancam ibunya.

(Bersambung lagi coy/novi)

NB: Ide cerita saya ambil saat mendengarkan monolog Putu Wijaya beberapa tahun silam.

Catatan Rindu Sang Hamba

Aku mencintaimu seperti seorang hamba. Jika pandangan mataku tertambat padamu, duhai betapa jiwaku tergetar. Engkau tempati hatiku di seluruh dunia dan akherat. Maka, aku sangat merindu jiwamu untuk senantiasa menyertai kegersangan hatiku. Tidakkah kau mendengar debaran hatiku ini sayang. Oh betapa bahagia dan indahnya saat ini.

Catatan Piala

Aku telah mengepakkan sayapku padamu. Tlah kusampaikan harapan dan mimpiku padamu. Sungguh aku tlah mempersembahkan piala yang memabukkan diriku hingga tak tersisa sedikitpun.

Jumat, 27 November 2009

Mahalnya Harga Sebuah Mem*k (Bag I)

Rikno, anak TK yang lugu, keras, pantang menyerah, dan memiliki rasa keingintahuan sangat tinggi. Suatu hari Rikno mendatangi neneknya dan bertanya sesuatu hal yang selama ini telah membelenggu otaknya.
"Nenek, boleh ngga Rikno tanya sesuatu?"
"Mau tanya apa toh, Cu!" Seru sang nenek penasaran.
"Anu nek, itu loh, Rikno mo nanya sebenarnya mem*k itu apa?"
"Apa???" Si nenek kaget bukan alang kepalang. Ia naik pitam, "dasar anak guoblok. Anak cecunguk. Dungu. Tidak tahu aturan. Siapa yang mengajari kamu berbicara tidak sopan begitu, hah, ayo jawab?"
Rikno diam saja.
Si nenek semakin tidak bisa menahan emosinya. Berkali-kali Rikno mendapat cubitan dan makian. Tetapi Rikno tetap diam, dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan neneknya. Sampailah kesabaran si nenek memuncak.
"Riri...Riri...kemari kamu nak. Ini anakmu telah berbuat kurang ajar pada orang tua." Si nenek memanggil anaknya, yang juga ibu Rikno.
Riri yang berada di dapur merasa telinganya kepanasan, dia buru-buru menghampiri ibunya yang berada di ruang tengah.
"Ya ampun bu, ada apa toh kok teriak-teriak, malu tuh didengar tetangga."
"Biar saja, ini lho anakmu sudah kurang aja sama orang tua."
"Ada apa toh tole?" Tanya Riri mendekati Rikno yang sedang bersedih.
"Ndak kok bu..."
"Ayo jangan bohong kamu, tadi kamu bilang apa sama nenek." Si nenek mendesak Rikno sambil mencubit-cubit pahanya.
Dengan terbata-bata Rikno menjawab lirih:
"Rikno...Rikno...cuma pengin tahu....ah, ga jadi ah, nanti ibu juga marah!"
"Sudahlah kamu bilang saja sama ibu, ibu ga akan marah kok!"
"Rikno cuma ingin tahu mem*k itu apa?"
"Hah," plok, seketika itu tamparan Riri melesat di pipi anaknya, "dasar anak tidak tahu diri. Nih rasakan lagi," plok! plok!
Seketika itu Rikno menangis sejadi-jadinya.
"Hua....hua...hua..."
Murka sang ibu rupanya melebihi murka sang nenek.
"Biar saja, ayo nangis yang keras, biar sekalian ditambah pukulan oleh ayahmu."
Tak lama sang ayah yang merasa terusik tidurnya terbangun dan menunjukkan raut muka merah padam.
"Ada apa ini. Apa kalian tidak tahu kalau ada orang tidur?"
"Ini yah, anakmu sudah mulai kurang ajar. Kecil-kecil sudah mikir pornografi. Siapa yang mengajarimu, hah, ayo jawab." Jawab Riri geram.
Rikno yang mendengar kata "pornografi" semakin tidak paham. Kemana arah orang tuanya berbicara. Masa cuma bertanya arti kata mem**k saja tidak boleh, batin Rikno berkata.
"Apa yang telah dilakukan anak kita, bu?" Tanya ayahnya.
"Itu yah, dia sudah berani bertanya soal mem*k. Pasti yang ngajarin ayah ya?" Tuding Riri.
"Ah, kamu bu bisa-bisa aja, apa benar yang dikatakan ibumu itu Rik?"
Rikno tidak berani menjawab. Sebab setiap pertanyaan yang keluar selalu membuat orang naik pitam. Lebih baik aku diam, gumamnya dalam hati.
"Ayo jawab dong, apa benar yang dikatakan ibumu itu!" Sang ayah terus mendesak.
Rikno malah menggeleng.
"Jangan bohong ya, atau ayah bisa marah nih. Katakan saja, ayah tidak akan marah kok."
"Itu yang nenek dan ibu katakan sebelumnya. Tidak akan marah, tapi buktinya..."
"Jadi kamu sudah tidak percaya dengan ayahmu lagi ya."
"Percaya kok yah."
"Kalau begitu bilang ke ayah apa masalahmu?"
"Rikno tadi cuma tanya mem*k itu apa?"
"Hmm...jadi itu yang kamu tanyakan." Untuk sesaat sang ayah berpikir. Menurut sang ayah memang tidak salah seorang anak bertanya sesuatu yang belum diketahui, apalagi yang bersangkutan dengan yang namanya mem*k. Ini adalah tugas orang tua untuk menunjukkan kapasitasnya kepada orang tua. Tetapi untuk yang demikian ini, memang berat. Bagaimana cara untuk menunjukkan mem*k pada Rikno, sang ayah berpikir dengan keras.
"Kamu tahu Rik, darimana kamu keluar?"
Rikno menggeleng.
"Ya, dari mem*k itu." Jawab ayahnya.
Rikno tetap menggelang bahkan posisi tubuhnya diatur untuk mendengarkan wejangan sang ayah.
"Bagaimana kamu sudah paham?" Tanya ayahnya yang sudah tidak sabar ingin melanjutkan tidur siangnya.
"Belum yah. Masih bingung. Emang mem*k itu tempatnya dimana?" Rikno balik bertanya.
"Hmmm...gitu ya. Kamu yakin pengin tahu mem*k?"
Rikno mengangguk.
"Ya udah sana kamu ganti baju dulu, trus ikut ayah. Akan ayah tunjukkan dimana mem*k itu."
Betapa senang hati Rikno karena ternyata ayahnya seorang pengertian. Sebentar lagi rasa penasarannya segera terobati sebab ayah akan menunjukkan kepada Rikno apa itu mem*k. (bersambung coy/novi)

NB: Ide cerita saya ambil saat mendengarkan monolog Putu Wijaya beberapa tahun silam.

SORAK-SORAI DUNIA ES KALA RAMADHAN

Perjalanan menuju Pare Kandangan buaerat puol. Ketika terik mentari sudah di atas ubun-ubun, seketika itu aku meihat sekumpulan es-es bertelanjang di jalanan. Tersebutlah es teler, es degan, es dawet, es fanta, es sprite, es coca-cola, es teh, es buah. Ah, segar...
Sayang, hari ini aku puasa. Tapi itu tidak menghentikan pandangan mereka terhadapku. Mereka semakin gencar menyerang pendalamanku.
Ada yang mengolok-olok begini:
"Aha, ada anak manusia lewat, hai noviyanto, godain kita dong. Yuhuuuu...kita sudah telanjang nih. Di sini aku disebut es teler karena aku selalu sempoyongan bila sudah melihat tenggorokan manusia yang sedang berpuasa."
"Maaf, saya sedang menjalankan perintahNya!" Kata saya.
"Ah, kan Dia pemaaf, sekali ini saja ya." Goda es teler melalui pendalamanku.
Alhamdulillah, es teler berhasil kulalui dengan indah. Belum genap kegembiraanku terpantulkan oleh cermin spion motor, tiba-tiba es degan dengan tenang dan penuh kesabaran seraya melambaikan serat-serat tubuhnya yang sedang dikelupas.
Katanya:
"Assalamualaikum, ya anak manusia bernama Noviyanto. Sudahkah ini waktu berbuka? Kalau begitu silahkan nikmati aku. Aku adalah degan yang diambil dari pohon kelapa, dimana di sana aku banyak membantu manusia. bahkan aku sering dijadikan bahan perbandingan saat pak yai mengajarkan santrinya. Katanya aku degan di luarnya adalah syariat. Ketika dibelah dan yang terihat warna putih, itulah tarikatnya. Maka, manakala aku diperas menjadi santan, maka itulah hakekat. Belum selesai sampai di situ, santan tadi yangakan diolah kembali menjadi minyak wijen, itulah makrifat. Yah, betapa hebatnya diriku bila kau bisa merasakannya melalui tenggorokanmu. Akh..." Bangga es degan.
"Yah, kau memang membanggakan semua orang es degan. Tapi tidak sekarang. Rasa banggaku padamu akan kupersembahkan padamu ketika bedug magrib tiba. Maafkan aku!" Kataku.
Es dawet lain lagi, dimana-dimana dia selalu muncul dengan bermacam-macam aneka yang menyegarkan. Es dawet, dia adalah kegemaranku sewaktu kecil. Dan sekarang dia hendak menjadi musuhku di kala ramadhan ini. Tidak ingatkah dia terhadapku?
"Ananda Noviyanto, sudah lupakah dengan hamba?"
Aha, dia tetap sopan terhadapku meski sering melontarkan godaan di sepanjang perjalanan.
"Apa harus hamba yang mengingatkan Ananda?"
"Tidak Es Dawet, kau tetap menjadi idolaku. Tapi tidak untuk sekarang. Sekarang ini aku sedang membuktikan kepada penciptaku bahwa aku bisa menjalankan perintahnya. Untuk kali ini maafkan kesalahanku."
"Kau masih juga egois. Aku di sini yang sudah menunggumu, ternyata kau malah berpaling dariku dan memilih mengejar akherat. Berbahagialah dirimu!"
"Kau tetap menjadi sahabatku es dawet, tapi tunggu 3 jam lagi. Setelah itu aku akan berbagi kebahagiaan denganmu!"
Semua rintangan es telah kukibaskan. Tapi ada beberapa keluarga es yang benar-benar pongah dengan tingkah lakuku. Mereka serempak menyerangku dengan berbagai bintik-bintik air liurnya yang menempel pada dinding botol. Sekain itu, warna-warna yang ditonjolkan demikian menggoda jiwa-jiwa yang suci dan bersih. Beberapa malah sempat terbujuk dalam rayuan segerombolan es fanta, es sprite dan es coca-cola. Ketiga bersaudara ini benar-benar tidak peduli dengan rintihan orang yang sedang memuja Tuhannya. Justru kesombongan mereka ditunjukkan untuk menggoda anak Adam agar tercebur dalam "jurang kelupaan".
Es fanta dengan perkasa menunjukkan kesombongan warnanya:
"Hai, kalian orang-orang yang berpuasa, lihatlah warnaku yang merah ini, dengan berbagai rasa yang hmm...menyegarkan tenggorokan, aku akan mengiringi perjalanan kalian untuk melepaskan puasa. Silahkan nikmati diriku...!!!"
Es Sprite tak tetinggalan, dia mengikuti sodaranya berlaku angkuh dan arogan terhadap manusia:
"Kalian akan menyesal jika tidak mencicipi beningnya airku dan begitu menakjubkannya rasaku yang menyentak dalam tenggorokanmu. Ayo, datanglah padaku hai kau anak manusia yang bernama Noviyanto. Datanglah dan reguklah tubuhku untuk mengentaskan rasa dahagamu."
Es coca-cola yang menjadi saudara tertua kali ini berbicara, lambat laun pelan tapi lama-lama menjadi berkobar-kobar bagai api.
"Aku adalah yang pertama di keluarga ini. Aku adalah yang terenak. Dengan busaku yang menggembang bila dicambur dengan es batu, hanya sekejab saja rasa dahagamu akan terlepas. Apalagi jika kau sudah merasakan isi di dalam busa itu. Maka warnaku yang kecoklat-coklatan dan penuh busa serta rasa menyentak, akan senantiasa membuatmu jatuh dalam rengkuhanku. Aku adalah coca-cola, yang dipertamakan!!"
Begitulah dunia es tak urung selalu menggoda perjalananku. Semakin lama dewa surya yakni matahari mengurungku dalam kepanasannya, maka semakin berani gerombolan-gerombolan dan keluarga es berkoar-koar serta berdemo di ujung lidahku. Tapi seiring godaan mereka, hatiku tetap adem bersama surgawi yang berada di surgaloka sana, karena sebenarnya di sanalah kesejukan yang sebenarnya. Meski badan wadakku panas, tapi jiwa serta rohku tetap dingin bersama sang kala Ramadhan yang datang setahun sekali ini.

From Joglo di Balaiurang Desa Patranrejo, Nganjuk
Pukul 15.57 Jumat, 11 Sept 09

NOVIYANTO AJI JADI RAJA


Ayahanda:
Anakku, lihatlah duniamu yang sekarang ini, semua berada pada puncaknya, ada kalanya manis dan indah bukan? Tetapi ketahuilah, bahwa puncak itu tak kan ada jika di bawahnya tak ada landasan yang kuat yang mendungkungnya. itulah ibarat rakyat kecil, itulah gambaran para budak dan hamba sahaya yang saat ini ada pada dirimu. Mereka adalah: tanganmu, kakimu, kepalamu, hidungmu, telingamu, matamu, mulutmu.

Bunda:
Oleh sebab itu, jikalau Tuhan memang mentakdirkan dirimu menjadi raja atas rakyat kecilmu, janganlah kau lupa kepada mereka yang menaikkan dirimu ke atas puncak dari segala puncak kemegahan warisan nenek moyangmu. Maka, cintailah dan hargailah rakyatmu, terutama mereka yang begitu mencintai dan menghargaimu. Nah, Anakku Noviyanto Aji, setelah ini akan kau bawa kemana mereka? Yah, itu semua tergantung kamu, Anakku...

Noviyanto Aji:
Ayah dan bunda, mohon ampun bila keputusan saya tak sesuai dengan keinginan ayah-bunda, namun demi pertimbangan kemanusiaan: saya berkeberatan untuk menerima mahkota dan singgasana kerajaan.
Bagi saya tidaklah penting siapa yang duduk di atas singgasana dan menjadi raja, sebab kunci pelepas kesengsaraan kaum pribumi, yaitu seluruh bangsa kita tidak terletak pada soal: siapa yang menjadi raja, namun jawaban atas satu pertanyaan: siapakah yang mau berjuang membebaskan rakyat kita ini dari kemiskinan, kebodohan, keruwetan dan segala permasalahan ini. Sejatinya, selama saya bisa mengejawantah pada rakyat saya, itulah sebenar-benarnya raja yang melebihi segala raja.

Aku Dicerai...(Langsung Ditalak 3)

Awalnya ramai. Acara berjalan lancar. Resepsi dihadiri banyak undangan. Bahkan sampai membeludak. Dan ketika pesta berakhir, tinggallah aku dengan Kekasihku. Malam pertama sudah lama kudamba. Bayang-bayang keindahan telah nampak di kelopak mata.

"Sebentar lagi aku bakal mereguk kenikmatan." Ucapku.

Namun entah mengapa tiba-tiba Dia berpaling padaku.
Aku ditinggalkan begitu saja.
Aku dicerai.
Aku ditalak...tak tanggung-tanggung langsung talak 3.

Dimana Kekasihku...
Aku lari keluar, mencari-cari Dia.
Tetapi Dia telah menghilang dari pandanganku.

Ampun...
Maafkan aku...
Maafkan segala dosa-dosaku...

Aku tahu semua ini berawal dariku.
Aku terlalu sombong sehingga Dia berpaling padaku.
Aku terlalu angkuh.
Aku...aku...aku...sangat arogan: mau menang sendiri.
Aku munafik.
Aku seorang pendusta.

Padahal malam pertama yang sejatinya kuserahkan segalanya kepada Sang Kekasih, kini telah malah menjadi petaka bagiku. Banyak orang berkata, malam pertama bersama Sang Kekasih adalah malam penuh keindahan, malam penuh barokah, malam berserahdiri, malam yang melebihi jutaan bintang di langit, sebuah malam yang dapat mengalahkan segala kenikmatan di dunia, dan malam dimana rasa sudah tiada berasa lagi.

Tetapi...
Aku telah mengecewakan diriku.
Yang paling parah aku telah mengecewakan Dia.
Ketika semua orang berharap dapat bercengkraman dengan Kekasihnya, lagi-lagi aku telah membuat ruang sendiri.

Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani bercerita: dengan Kekasihnya dia dapat bercengkraman selama 12 hari berturut-turut hingga kesadarannya hilang. Yang beliau ingat kala itu cuma: keindahan di atas keindahan, kebahagiaan di atas kebahagiaan, kepasrahan di atas kepasrahan.

Sedang aku...yah...dasar aku manusia tidak tahu diuntung.
Sudah tahu ada Kekasih datang, malah aku mencuekkanNya.

Yah...aku telah mengkhianati Dia.
Aku telah berbuat dosa sangat besar yang tak mungkin dapat terampuni.
Dosa yang seharusnya membuatku harus dihukum di neraka paling jahanam.
Bukan...neraka di atas neraka.
Sangat tidak layak aku melihat surga, atau bahkan meniliknya barang sebentar.

Dosaku yang paling besar:
Aku telah bermain dengan kemunafikan, dengan kesombongan, dengan keangkuhan, dengan keserakahan. Inilah yang membuat hijabku dengan Dia semakin besar.

Marahkah Dia?
Tidak...Kekasihku tidak pernah marah, dan tidak pantas aku su'udzon terhadap Dia.

Justru aku yang telah berbuat laknat.
Mencederai benih-benih kecintaan yang ditanamkan oleh Dia padaku.

Hijab ini...hijab ini...benar-benar membuatku lupa diri.
Hijab ini telah mengganggu semua pendalamanku.
Membuat Dia menjauhiku.

Bersama hijab terkutuk ini aku telah meletakkan alam pikir, alam akal, dan alam hati di atas segala-galanya. Bahkan yang namanya Mutmainah tak lagi berpihak padaku.

Diriku sudah dirasuki Supiah:
Rakus...itu pasti.
Diriku juga dirasuki Aluwamah:
Iri dan dengki...itu jelas.
Dan diriku sudah dirasuki Amarah:
Kemarahan bertubi-tubi menghampiri...ini sangat tidak bisa ditolerir

Yah...tidak seharusnya aku berbuat demikian. Karena inilah akhirnya Dia menceraikanku. Mentalakku langsung 3. Pergi entah kemana.

Aku sedih. Hiks...hiks...hiks...
Aku menangis kala malam pertama berlalu di hadapanku.
Aku sangat kecewa, tetapi kekecewaan ini tidak pernah kutujukan buat Kekasihku.
Justru aku sendiri yang telah membuat Dia menghilang, yang sebenarnya Dia masih ada di sekelilingku. Tetapi sekali lagi, semua seperti terbantahkan.

Mataku tak sanggup melihat Dia.
Telinga, hidung, mulut, seperti terkunci, dan seluruh inderaku mati, tak mampu membobol hijab tersebut.

Kawan, untuk kesekian kalinya aku telah berbuat salah terhadap kalian.
Kubilang aku akan menikah, kugembor-gemborkan pada kalian bahwa aku sudah memiliki Kekasih.
Tetapi tak sampai 12 hari (seperti Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani) aku bercengkraman dengan Kekasihku, bahkan usia kisah kasih kami bertahan tak sampai satu menit.

Sekiranya kesombongan telah membuatku lupa segalanya.
Oleh karena ini aku mengucapkan beribu-ribu maaf pada kalian karena telah mengecewakan diri dengan segala kemunafikanku.
Aku maaf semaaf-maafkan...

Yang paling utama, aku meminta maaf kepada Kekasihku.
Aku tahu Kau selalu baik padaku...
Di saat aku tidur Kau selalu menemaniku....
Bahkan Kaulah sejati-jatinya belahan jiwaku...
Kaulah segala-galanya bagiku...
Kau adalah nyawaku...
Kau sukmaku...
Kau nafasku...
Dan aku...ya...aku...aku...sebenarnya TIDAK ADA.

Kawan, atas kejadian "PERCERAIAN" ini pula, aku harapkan kerendahan hati kalian untuk memaafkanku. Aku tahu, dan aku berjanji akan mengenalkan Kekasihku pada kalian. Tetapi mungkin itu lain kali, jika, Dia, kembali padaku. Aku janji akan mengenalkan Dia pada kalian. Aku janji bakal mengenalkan sifat-sifat Dia. Aku janji bakal mengenalkan pekerjaan (Af'al) Dia. Aku janji bakal mengenalkan nama-nama kebaikan yang Dia miliki. Aku janji.

Tertanda,
Yang Mempunyai Hajat
NOVIYANTO AJI

Wassalam.

INNA SHOLATA WA DZIKRI

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5 waktu setiap hari. Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari pembalasan kelak. Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap solat mula dikerjakan.

Subuh:Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. iaitu ketika baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar subuh telah keluar, Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur kerana baginda terlepas dari kegelapan malam.Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana siang telah menjelma.

Zohor:Manusia pertama yang mengerjakan solat Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s. iaitu tatkala Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s.. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keredhaan Allah SWT.Rakaat keempat: Tanda bersyukur kerana korbannya digantikan dengan tebusan kibas.

Asar:Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh Allah SWT daripada 4 kegelapan iaitu:
Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.

Maghrib:Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. iaitu ketika baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu bersembahyang tiga rakaat kerana diselamatkan dari kejahilan tersebut iaitu:
Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu iaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.

Isyak:Manusia pertama yang mengerjakan solat Isyak ialah Nabi Musa a.s.. Pada ketika itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.
Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap isterinya.Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun.***

Indonesia Jago Musik


Siapa bilang musisi Indonesia tidak bisa menjadi pelopor dalam dunia musik Internasional?
The Tielman Brothers adalah jawabannya!
Band Rock lawas yang kini mulai dilupakan bahkan oleh warga asalnya, yaitu Maluku, ternyata memiki segudang prestasi. Bahkan band ini memiliki pengaruh hingga ke Negara Eropa terutama di Belanda.
Group ini lahir 11 tahun sebelum munculnya gitaris Jimi Hendrik. Kabarnya Jimi Hendrik, The Beattles sangat kagum dan menjadikan group ini sebagai inspirator musiknya.

Para Rockmania negeri ini tak malu membicarakan group Band papan atas asal luar negeri. Bahkan tidak sedikit masyarakat negeri ini dari mulai kelas bawah hingga kelas terpandang, mengagumi dan menggandrungi musik rock manca Negara. Gaya-gaya Band seperti Metallica, Slipknot, Dragon Force, Korn dan lain sebagainya amat mempesona kawula muda.

Dan bila ditanyakan kepada mereka, siapa nama band tertua didunia? Mereka pasti dan secara serentak akan memberikan jawaban ynag sama yaitu The Beatles, The Rolling Stone, Elvis, Fats Domino atau Bill haley dan lainnya.

Namun masih ada band tempo dulu berasal dari negeri kolam susu, yaitu The Tielman Brothers. Band ini pernah diawaki oleh empat orang bersaudara asal Maluku. Awalnya, band ini bernama The Timor Rythm Brothers. Nama ini kemudian berubah menjadi The Four Tielman Brothers, masing-masing terdiri dari Andy (lead guitar, vocal) Reggy (rhythm guitar, vocal), Phonton (double bass, vocal), Loulou (drums, vocal). Empat orang bersaudara Tielman ini, memulai kariernya sejak tahun 1945 di Surabaya.

Perjalanan karier Empat anak muda ini, terbilang mulus. Hal itu selain karena kepiawaiannya dalam bermain musik, dukungan Herman Tielman dan Flora Lorine Hess yang merupakan ayah dan ibu mereka dan menjadi Managernya, juga merupakan factor pendukung kesuksesan Tielman Brothers.

Di tahun 1956, Tielman Brothers hijrah ke Breda, Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu, mereka mulai masuk dapur rekaman. Dari negeri yang pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun itulah, The Tielman menjelajah dengan musik rocknya. The Tielman, memberikan pengaruh yang cukup dahsyat bagi masyarakat luar negeri, terutama dalam musik rock kala itu.

Penampilan mereka juga cukup memukau publik di Belanda
khususnya dan Eropa pada umumnya. Bisa dibilang mereka
lah yang pertama kali memulai atraksi panggung yang liar dan
atraktif, seperti bermain gitar dan juga double bass sambil
melompat atau berguling-gulingan, serta tentunya demo drums.

Kepindahan mereka ke negeri Belanda dengan membawa budaya tropis dan kecintaan kepada gitar ini ternyata melahirkan “Indo-Rock” yang terkenal itu. Ciri kuat Indo-Rock adalah dominasi gitar, instrumen yang dikenalkan orang-orang Portugis saat datang ke Hindia-Belanda sekitar abad ke-14. Permainan gitar ala Portugis yang akhirnya dikenal sebagai musik keroncong ini dipadukan oleh anak-anak Maluku itu dengan musik Hawaii, country, dan rock’n’roll yang mereka dengar dari radio-radio Amerika Serikat yang dipancarluaskan dari Filipina dan atau Australia.

Ada beberapa fakta yang sangat mengejutkan dari band ini.
Jauh sebelum publik rock terpesona dan berdecak kagum dengan permainan gila gitaris Jimi Hendrix pada tahun 1967, salah satu personil TheTielman Brothers, Andy Tielman, sang frontman telah memulai teknik tersebut pada tahun 1956 atau 11 tahun sebelum Jimi Hendrix bereksperimen dengan gitarnya. Gaya Andy dan teknik gitarnya sangat memukau. Gitar yang dipetik menggunakan gigi, kaki, jauh sebelumnya telah mendahului Jimi Hendrix.

Konon, Paul McCartney Ternyata mengagumi band ini dan terinspirasi The Tielman Brothers sebelum The Beatles terkenal pada awal 1960-an. Maklumlah, The Tielman Brothers telah membawakan lagu-lagu rock n roll jauh sebelum The Beatles muncul.

Saat The Beatles manggung pertama kali di Jerman, grup band asal Inggris ini sempat melihat penampilan The Tielmans Brothers yang manggung menggunakan Hofner Violin bass. Dan saat itulah untuk yang pertamakalinya Paul melihat Bass Violin Hofner. Andy Tielmans sang gitaris memakai Fender Jazz Master khusus 10 strings. Fender sengaja mengirim representative-nya ke Jerman saat itu untuk merancang gitar buat Andy Tielmans.

Di tahun 1958 TheTielmans Brothers punya 3 album yang jadi hits di seluruh dunia dan memiliki banyak Gibson Les Paul keluaran pertama yang baru di impor ke Belanda saat itu.

Dalam perjalanan sebuah band, tentunya ada kisah yang tidak menyenangkan pula, seperti halnya pergantian dan keluar masuknya personil band.

Bagi The Tielman Brothers, hal itu bukanlah masalah sehingga bisa membuat band ini harus berhenti di tengah jalan. Yang ada malah prestasi yang luar biasa, dimana mereka bisa tetap eksis dan tampil di beberapa Negara di Eropa selain Belanda seperti Belgia dan Jerman.

Sayangnya, di tahun 1976 band ini dikabarkan bubar karena boleh dikatakan permainan musik mereka terkesan mandek dan tidak ada perkembangan alias kurang eksploratif. Mereka bermain musik di tataran yang itu-itu saja, dan itulah yang akhirnya membuat publik menjadi bosan. Begitupun, karya mereka sampai sekarang masih sangat digemari di luar negeri, terutama di Belanda.
Kini tinggal Andy Tielman saja yang masih eksis bermain musik dan tinggal di Belanda. Di usianya yang sudah semakin senja,
Andy Tielman kini lebih banyak rekaman untuk lagu-lagu rohani dan sesekali tampil di publik Belanda dengan gitarnya.
Tentu penampilannya tak bisa seliar dulu lagi. Namun pengaruh Indo-Rock dan histeria “Beatlemania” tak urung meletuskan pula revolusi musik rock Belanda pada tahun 1960 an, yang ditandai dengan kelahiran band-band Belanda yang bernyanyi dengan bahasa Inggris.(berbagai sumber)

Melongok Surga Demi Istri

Istri adalah matahari dalam rumah tangga. Karenanya carilah sesuai selera jiwa. Agar jangan menyesal kelak kemudian hari. Tak usah bertingkah mencari WIL atau bahkan merendahkan selera dengan berlaku seperti HOMO. Contohlah aku yang mencari jodoh hingga melongok ke surga untuk mendapatkan sang bidadariku.

Menikah, bukan sebuah permainan dadu! Tetapi mencari belahan jiwa yang ditebar di dunia. Carilah, sahabat.... walau butuh waktu, namun jangan lupa berdoa agar tidak salah mendapatkan belahan jiwa....... okey....

Bersamaku, aku kita mencari bersama-sama bagi yang belum menikah alias bujang. \

Ha...ha...ha...

From joglo manukan
rabu, 30/9/09 pukul 16:37

Paradoks Semar


PARA pencinta wayang kulit Jawa tentu tak asing lagi dengan tokoh Semar. Setiap pertunjukan tokoh ini selalu hadir. Semar dan anak-anaknya selalu menjadi pelayan atau pembantu kesatria yang baik, umumnya Arjuna atau anak Arjuna, penengah Pandawa. Semar adalah sebuah filsafat, baik etik maupun politik. Di balik tokoh hamba para kesatria ini, terdapat pola pikir yang mendasarinya.

Tokoh Semar juga disebut Ismaya, yang berasal dari Manik dan Maya. Manik itu Batara Guru, Maya itu Semar. Batara Guru menguasai kahiyangan para dewa dan manusia, sedangkan Semar menguasai bumi dan manusia. Manik dan Maya lahir dari sebuah wujud sejenis telur yang muncul bersama suara genta di tengah-tengah kekosongan mutlak (suwung-awang-uwung).

Telur itu pecah menjadi kenyataan fenomena, yakni langit dan bumi (ruang, kulit telur), gelap dan terang (waktu, putih telur), dan pelaku di dalam ruang dan waktu (kuning telur menjadi Dewa Manik dan Dewa Maya). Begitulah kisah Kitab Kejadian masyarakat Jawa.

Kenyataannya, ruang-waktu-pelaku itu selalu bersifat dua dan kembar. Langit di atas, bumi di bawah. Malam yang gelap, dan siang yang terang. Manik yang tampan dan kuning kulitnya, Semar (Ismaya) yang jelek rupanya dan hitam kulitnya. Paradoks pelaku semesta itu dapat dikembangkan lebih jauh dalam rangkaian paradoks-paradoks yang rumit.

Batara Guru itu mahadewa di dunia atas, Semar mahadewa di dunia bawah. Batara Guru penguasa kosmos (keteraturan) Batara Semar penguasa keos. Batara Guru penuh etiket sopan santun tingkat tinggi, Batara Semar sepenuhnya urakan.

Batara Guru simbol dari para penguasa dan raja-raja, Semar adalah simbol rakyat paling jelata. Batara Guru biasanya digambarkan sering tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsunya, Semar justru sering mengendaikan nafsu-nafsu majikannya dengan kebijaksanaan – kebijaksanaan. Batara Guru berbicara dalam bahasa prosa, Semar sering menggunakan bahasa wangsalan (sastra).

Batara Guru lebih banyak marah dan mengambil keputusan tergesa-gesa, sebaliknya Semar sering menangis menyaksikan penderitaan majikannya dan sesamanya serta penuh kesabaran.

Batara Guru ditakuti dan disegani para dewa dan raja-raja, Semar hanyalah pembantu rumah tangga para kesatria. Batara Guru selalu hidup di lingkungan yang “wangi”, sedang Semar suka kentut sembarangan. Batara Guru itu pemimpin, Semar itu rakyat jelata yang paling rendah.

Seabrek paradoks masih dapat ditemukan dalam kisah-kisah wayang kulit. Pelaku kembar semesta di awal penciptaan ini, Batara Guru dan Batara Semar, siapakah yang lebih utama atau lebih “tua”? Jawabannya terdapat dalam kitab Manik-Maya (abad ke-19).

Ketika Batara Semar protes kepada Sang Hyang Wisesa, mengapa ia diciptakan dalam wujud jelek, dan berkulit hitam legam bagai kain wedelan (biru-hitam), maka Sang Hyang Wisesa (Sang Hyang Tunggal?) menjawab, bahwa warna hitam itu bermakna tidak berubah dan abadi; hitam itu untuk menyamarkan yang sejatinya “ada” itu “tidak ada”, sedangkan yang “tidak ada” diterka “bukan”, yang “bukan” diterka “ya”.

Dengan demikian Batara Semar lebih “tua” dari adiknya Batara Guru. Semar itu “kakak” dan Batara Guru itu “adik”, suatu pasangan kembar yang paradoks pula.

Semar itu lambang gelap gulita, lambang misteri, ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut-sebut sebagai ketidaktahuan kita mengenai Tuhan.

Mengingat genealogi Semar yang semacam itu dalam budaya Jawa, maka tidak mengherankan bahwa tokoh Semar selalu hadir dalam setiap lakon wayang, dan merupakan tokoh wayang yang amat dicintai para penggemarnya. Meskipun dia hamba, rakyat jelata, buruk rupa, miskin, hitam legam, namun di balik wujud lahir tersebut tersimpan sifat-sifat mulia, yakni mengayomi, memecahkan masalah-masalah rumit, sabar, bijaksana, penuh humor.

Kulitnya, luarnya, kasar, sedang dalamnya halus. ** DALAM ilmu politik, Semar adalah pengejawantahan dari ungkapan Jawa tentang kekuasaan, yakni “manunggaling kawula-Gusti” (kesatuan hamba-Raja). Seorang pemimpin seharusnya menganut filsafat Semar ini.

Seorang pemimpin sebesar bangsa Indonesia ini harus memadukan antara atas dan bawah, pemimpin dan yang dipimpin, yang diberi kekuasaan dan yang menjadi sasaran kekuasaan, kepentingan hukum negara dan kepentingan objek hukum.

Hukum-hukum negara yang baik dari atas, belum tentu berakibat baik, kalau yang dari atas itu tidak disinkronkan dengan kepentingan dan kondisi rakyat. Manunggaling kawula-Gusti. Pemimpin sejati bagi rakyat itu bukan Batara Guru, tetapi Semar. Pemimpin sejati itu sebuah paradoks.

Semar adalah kakak lebih tua dari Batara Guru yang terhormat dan penuh etiket kenegaraan-kahiyangan, tetapi ia menyatu dengan rakyat yang paling papa. Dengan para dewa, Semar tidak pernah berbahasa halus, tetapi kepada majikan yang diabdinya (rakyat) ia berbahasa halus.

Semar menghormati rakyat jelata lebih dari menghormati para dewa-dewa pemimpin itu. Semar tidak pernah mengentuti rakyat, tetapi kerjanya membuang kentut ke arah para dewa yang telah salah bekerja menjalankan kewajibannya. Semar itu hakikatnya di atas, tetapi eksistensinya di bawah.

Badan halusnya, karakternya, kualitasnya adalah tingkat tinggi, tetapi perwujudannya sangat merakyat. Semar gampang menangis melihat penderitaan manusia yang diabdinya, itulah sebabnya wayang Semar matanya selalu berair. Semar lebih mampu menangisi orang lain daripada menangisi dirinya sendiri. Pemimpin Semar sudah tidak peduli dan tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi hanya memikirkan penderitaan orang lain. Ego Semar itu telah lenyap, digantikan oleh “yang lain”.

Semar itu seharusnya penguasa dunia atas yang paling tinggi dalam fenomena, tetapi ia memilih berada di dunia bawah yang paling bawah. Karena penguasa tertinggi, ia menguasai segalanya. Namun, ia memilih tidak kaya. Semar dan anak-anaknya itu ikut menumpang makan dalang, sehingga kalau suguhan tuan rumah kurang enak karena ada yang basi, maka Semar mencegah anak-anaknya, yang melalui dalang, mencela suguhan tuan rumah. Makanan apa pun yang datang padanya harus disyukuri sebagai anugerah. Batara Semar, di tanah Sunda, dikenal dalam wujud Batara Lengser.

Lengser, longsor, lingsir, selalu berkonotasi “turun”. Semar itu adalah pemimpin tertinggi yang turun ke lapis paling bawah. Seorang pemimpin tidak melihat yang dipimpinnya dari atas singgasananya yang terisolasi, tetapi melihat dari arah rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimin tidak menangisi dirinya yang dihujat rakyat, tetapi menangisi rakyat yang dihujat bawahanbawahannya. Seorang pemimpin tidak marah dimarahi rakyatnya, tetapi memarahi dirinya akibat dimarahi rakyat.

Pemimpin sejati itu, menurut filsafat Semar, adalah sebuah paradoks. Seorang pemimpin itu majikan sekaligus pelayan, kaya tetapi tidak terikat kekayaannya, tegas dalam keadilan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah namun tetap berkasih sayang. Filsafat paradoks kepemimpinan ini sebenarnya bersumber dari kitab Hastabrata atau Delapan Ajaran Dewa.

Dewa Kekayaan berseberangan dengan Desa Kedermawanan, yang bermakna seorang pemimpin harus mengusahakan dirinya (dulu, sebagai raja) agar kaya raya, tetapi kekayaan itu bukan buat dirinya, tetapi buat rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin Indonesia sekarang ini selayaknya seorang enterpreneur juga, yang lihai menggali kekayaan buat negara. Dewa Keadilan berseberangan dengan watak Dewa Kasih Sayang.

Seorang pemimpin harus membela kebenaran, keadilan, tetapi juga mempertimbangkan rasa keadilannya dengan kasih sayang untuk memelihara kehidupan.

Dewa Api (keberanian) itu berseberangan dengan Dewa Laut (air), yakni keberaniannya bertindak melindungi rakyatnya didasari oleh pertimbangan perhitungan dan kebijaksanaan yang dingin-rasional. Dewa Maut berseberangan dengan watak Dewa Angin.

Menumpas kejahatan dalam negara itu harus dipadukan dengan ketelitiannya dalam mengumpulkan detail-detail data, bagai angin yang mampu memasuki ruang mana pun.

Ajaran tua tentang kekuasaan politik bersumber dari Hastabrata tersebut, dan dimitoskan dalam diri Semar yang paradoks itu. Etika kekuasaan itu ada dalam diri tokoh Semar. Ia Dewa Tua tetapi menjadi hamba.

Ia berkuasa tetapi melayani. Ia kasar di kalangan atas, tetapi ia halus di kalangan bawah. Ia kaya raya penguasa semesta, tetapi memilih memakan nasi sisa. Ia marah kalau kalangan atas bertindak tidak adil, ia menyindir dalam bahasa metafora apabila yang dilayaninya berbuat salah. Bentuk badan Semar juga paradoks, seperti perempuan tetapi juga mirip lelaki, kombinasi ketegasan dan kelembutan. @lang2

KETHEK OGLENG (Kera Gila)

Ini kisah sebuah kethek ogleng (kera gila), yang tubuhnya selalu ogleng/miring-miring tidak seimbang, miring ke kanan ke para ahli nujum, miring ke kiri ke tukang ramal, miring ke depan ke para filosof, miring ke belakang ke Wong Alus sufi.
Tapi kethek ogleng sulit jalan, karena miring-miring terus kethek ogleng sulit manjing karena bingung terus, berputar-putar terus dalam berbagai argumentasi negeri kera, berspekulasi terus dengan bintang-bintang astrologi bercinta, nafsunya selalu tertuju pada Wong Alus sufi yang sedang bercinta dengan Tuhan, padahal dia sendiri tak bisa seperti Wong Sufi. Dia justru seperti gasing yang berputar-putar pada tempatnya di awalnya nampak gagah dan kuat, lama-lama sekrup-sekrup umurnya mulai menua, dan gasing pun berdoyong-doyong perlahan-lahan sampai di tanah, nggeletak.
Begitu pula saat dunia menjadi betapa busuk di mata kethek ogleng, dia mulai merasakan semua sangat menjijikan. Kera gila tetap jijik, juga jijik dengan diri sendiri yang terkotori dengan busuk-busuknya dunia. Dunia menjadi hasud, sombong dengan setan-setan cakil yang menakutkan saling berseliweran mengadu domba. Aih...betapa menakutkannya!
Oh, kera gila takut berubah jadi setan, dia selalu berdoa kepada Allah, "sumpah jangan jadikan saya seperti Setan. Saya lebih memilih menjadi kethek, yang bisa memakan pisang dan kacang."
Kera masih lebih baik dari setan, dia ingin menutup karirnya di dunia perkeraan atau perapapuan dengan tangis airmata kasihNya yang abadi.
"Oooo kera yang malang”, maghrifohmu saja yang kuharapkan dengan berkah Nabimu yang mulia saw.

Doa Alam Semesta

Yâ Rahmân Yâ Rahîm

Dari Timur sampai Barat, dan apapun yang berada di antara keduanya. Dari Selatan sampai Utara, dan apapun yang berada di antara keduanya. Dari bumi sampai langit, dan semua makhluk yang menjadi penghuninya. Dari darat sampai lautan, dan semua makhluk yang mendiaminya. Kasihilah mereka Tuhan, sayangilah mereka, sebagaimana Engkau mengasihi dan menyayangi mereka saat menciptakannya.

Yâ Mâlik Yâ Quddûs

Untuk saudara-saudaraku yang teraniaya, untuk saudara-saudaraku yang tertindas dan terpinggirkan. Untuk saudarasaudaraku yang merasa paling benar, paling pintar, dan paling tahu segala hal. Lindungilah mereka dalam naungan cinta dan kasih-Mu, sucikanlah hati dan pikiran mereka dengan limpahan anugerah kearifan-Mu.

Yâ Salâm Yâ Mu’min

Untuk saudara-saudaraku yang kebingungan ke mana harus mengarahkan pandangan, ke mana harus menatap keindahan cahaya-Mu. Untuk saudara-saudaraku yang merasa asing di tengah-tengah gelak tawa kesombongan dan kangkuhan. Berilah mereka keselamatan, limpahilah mereka keamanan, dan peluklah mereka dalam kedamaian cinta-Mu.

Yâ Muhaimin Yâ ‘Azîz

Untuk saudara-saudaraku yang telah dirampas kepercayaannya, yang telah dikebiri hak-hak kemanusiaannya. Untuk saudara-saudaraku yang terlalu lama terdiam dalam ketakutan yang mencekam, ketakutan atas kemiskinan, ketakutan atas hilangnya kehormatan. Peliharalah mereka dalam taman keagungan-Mu, sentuhlah mereka dengan sepercik embun kebesaran-Mu.

Yâ Jabbâr Yâ Mutakabbir

Untuk saudarasaudaraku yang hidup dalam kehinaan pandangan-Mu, terperosok dalam jurang kesesatan yang begitu dalam, dan terpenjara dalam kegelapan ruan kebodohan. Untuk saudara-saudaraku yang masih saja sombong dan angkuh untuk bisa memahami perasaan orang lain. Angkatlah mereka Tuhan, angkatlah mereka, dan letakkanlah di atas bumi pengampunan-Mu.

Yâ Khâliq Yâ Bâri’u

Untuk saudara-saudaraku yang sibuk dengan kesenangannya sendiri, sibuk dengan nafsunya sendiri, yang senantiasa menari-nari di atas kehinaan dan penderitaan sesamanya. Untuk saudarasaudaraku yang telah gelap mata, yang telah mati nuraninya, yang telah beku hatinya. Siramilah mereka Tuhan, siramilah mereka dengan kesejukan cinta kasih-Mu.

Yâ Mushawwir Yâ Ghaffâr

Untuk saudara-saudaraku yang terlupa dengan kewajibannya, yang terlena oleh keindahan dunia, yang terpesona oleh kefanaan dirinya. Untuk saudarasaudaraku yang terlalu bangga dengan kapandaiannya, kehormatannya, kedudukannya, maupun kekuasaannya. Ingatkanlah mereka Tuhan, ampunilah mereka, maafkanlah mereka dengan kelembutan kasih sayang-Mu.

Yâ Qahhâr Yâ Wahhâb

Untuk saudara-saudaraku yang suka mengolok-olok orang, menghina dan mencerca teman maupun saudaranya. Untuk saudara-saudaraku yang bangga jika dapat mempermalukan saudaranya, mengalahkan musuhnya, maupun membenci orang yang telah menyakitinya. Tolonglah mereka Tuhan, ajarilah mereka bagaimana cara untuk tidak membenci sesama. (@lang2)

Kamis, 26 November 2009

Seorang Ibu Tahu Apa yang Terbaik Buat Anaknya...

Pulang dari Kediri naik bus. Lihat ibu-ibu naik dari Jombang membawa dua anaknya yang masih kecil. Saya punya nama panggilan buat mereka. Yang kecil saya namai Eki. Umur 1 tahun. Yang besar saya panggil Pasha. Umurnya 2 tahun. Awalnya biasa-biasa saja. Tak lama Pasha tiba-tiba menangis. Entah siapa yang mengganggu, dia merengek kepada ibunya. Rupanya si ibu ini bukan seorang yang sabar.

Dengan lantang dia mengancam anaknya begini:
"Husy, jangan nangis..." katanya sambil meletakkan jari telunjuk di mulutnya.
Tapi Pasha tetap saja rewel dan tak mau berhenti.

Dan...plok...tiba-tiba mendarat tamparan di pipi Pasha karena geramnya si ibu.

Saya cuma bisa istighfar melihatnya.
Ya Allah, apa benar yang dilakukan si ibu ini?

Si anak belum juga reda tangisannya. Malah menjadi-jadi. Rengekannya, kalau boleh saya artikan, sampai membuat seisi penumpang terbangun.
Mungkin si ibu saking jengkel dan malunya, dia kembali melemparkan berpuluh-puluh ancaman dan makian. Dari yang saya kutip begini:
"Kalau kamu masih berani, akan ibu lempar sekarang juga dari bus." Ancamnya.
Padahal saat itu bus melaju cukup kencang.

Saya khawatir kalau ancaman itu benar-benar jadi kenyataan. Apalagi si ibu dan anaknya duduk di deretan kursi paling belakang, tepat di samping pintu. Sedang saya berada di sebelahnya.

Mendengar ancaman si ibu, saya pun mulai pasang kuda-kuda. Kalau hal itu sampai terjadi saya siap menyelematkan nyawa Pasha. Tapi rupanya semua itu hanya gertakan sambal saja. Mungkin cuma ingin menakut-nakuti si bocah. Namun demikian ancaman itu semakin bertambah kencang. Si bocah yang tak mau diam terus-terusan dihujani ancaman yang menurut saya tidak pantas didengar.

Salah satunya ini:
"Kamu kalau masih belum diam, ibu turunkan di sini. Ibu sudah ga mau menganggapmu sebagai anak. Dasar bandel. Lihat adikmu saja diam."
Plok...suara tamparan kembali menimpa mulut Pasha kecil.

Aih...benar-benar kasar kata-kata si ibu. Saya terus bertanya, kira-kira apa sudah benar cara mendidik ibu ini. Mungkinkan si kecil mau menuruti kata-kata ibunya, walau sebenarnya sangat merugikan dirinya.

Berulang kali saya memutar otak, menyalahkan pringai si ibu dan ketidakberdayaan Pasha dan Eki, yang tak lama ikut menangis karena tak tahan mendengar omelan ibunya kepada kakaknya.

Eki yang nangis juga tak luput dari omelan si ibu:
"Kamu juga, kalau ikutan nangis, nanti ibu buang di sini biar ditemu orang lain. Biar saja sekalian ibu tidak memiliki anak-anak seperti kalian tidak apa-apa"

Ya Allah, seketika pikiran saya langsung lemas. Apa tidak salah kata-kata si ibu ini. Masakah karena menangis saja mereka mau dibuang. Saya memang berusaha tidak mempedulikan, tetapi telinga saya sepertinya tak bisa dibohongi. Setiap dialog yang terjadi antara si ibu dan anak-anaknya, selalu masuk ke telinga kanan dan kemudian merangsek memasuki hati nurani. Berkali-kali saya menyumpahi si ibu. Tapi kemudian ada kekuatan lain yang merong-rong pendalaman saya. Katanya begini: seorang ibu tahu apa yang dilakukan, apa yang terbaik bagi anak-anaknya?

Benarkah itu? pikiran saya tetap tidak menentu.

Tak lama seorang penjual tahu naik.
"Tahu...tahu..."

Si anak kembali merengek, meminta dibelikan tahu. Sebaliknya si ibu malah marah.
"Kan sudah ada. Ga usah beli."

Rengekan Pasha kembali memuncak. Si ibu malah berang. Berkali-kali mulutnya ditampar agar diam.
Plok...

Yah, ditampar lagi, kata saya dalam hati. Kasihan benar nasib anak ini. Mungkinkah dia nasibnya akan seperti Ari Hanggara, sebuah peristiwa memilukan hati semua orang dimana akibat kemarahan orang tuanya, Ari Hanggara kemudian tewas.

Aku harus turun tangan, pikir saya waktu itu. Kalau si ibu tidak membelikan "tahu" itu, biar saya yang membelikannya. Tetapi sekali lagi ada rasa yang lain yang membuat saya menghentikan langkah. Yah, secara tiba-tiba saja rasa itu kembali menyeruak tajam dan berkata demikian, "seorang ibu tahu apa yang terbaik untuk anak-anaknya?"

Duh, Gusti, apalagi ini...

Benar juga, saya pikir saya orang yang perlu campur tangan. Saya sekedar orang lain. Tidak sepatutnya saya campur tangan untuk urusan seperti ini, kecuali memang hal ini sangat emergency. Sepintas saya melihat memang tidak darurat. Cara penanganan si ibu menurut saya masih dalam batas kewajaran, tetapi iya begitu, dalam batas wajar yang tetap saja tidak wajar bagi hati nurani saya.

Apa mungkin saya harus membelikan "tahu"?

Tak lama si penjual tahu yang mengetahui rengekan si anak, tiba-tiba dia memberikan sebuahnya gratis.
Apa yang terjadi? Si ibu malah menolaknya.

Loh...loh...mana ini yang benar, pikir saya.

Si ibu berkata dengan wajah geram:
"Enggak pak, di tas sudah ada kok."

Saya tidak tahu apakah di tas ada atau tidak atau si ibu sengaja membohongi agar anak-anaknya patuh padanya. Yang jelas pada waktu itu saya bersyukur karena tidak jadi malu. Seandainya waktu itu saya berusaha turun tangan, entah mau ditaruh ke mana muka ini. Masih beruntung si penjual tadi, dia tidak akan malu karena memang profesinya sebagai penjual. Tugasnya menjual dan memberi. Andaikata ditolak atau tidak direken, itu hal yang biasa.

Setelah itu saya terus berpikir, apa yang sebenarnya ada dalam benak si ibu ini. Apakah ini salah bentuk pendidikan yang baik buat anak-anaknya. Dan lagi-lagi kata-kata yang muncul dalam benak selalu sama: seorang ibu tahu apa yang mesti dilakukannya. Seorang ibu tahu apa yang terbaik buat anaknya.

Benarkah itu? Pikir saya.

Tak lama...sebuah kejadian yang menurut saya ajaib terjadi.
Tak ada rengekan, tangisan, kerewelan di bus yang melaju dari Kediri menuju Surabaya tersebut. Saya heran. Apa yang terjadi?

Saya sempat melihat, Pasha dengan manja merajut ke pundak ibunya. Membelai pipi ibunya dengan manja. Si kecil, si Eki malah ngempong di dada ibunya. Mereka saling akur.

Saya bertanya-tanya dalam hati, lalu dimana semua ancaman tadi, ancaman yang tidak mau mengakui mereka sebagai anak, ancaman menampar dan memukul, ancaman yang hendak membuang mereka. Mana semua itu?

Kembali saya dihadapkan pada perkara semula. Yah...seorang ibu tahu apa yang terbaik buat anaknya. Kiranya hanya itu jawaban yang bisa saya terjemahkan dengan kejadian ini. Dan sebelum turun, si ibu sempat melemparkan senyum kepada saya. Senyum yang menurut saya sangat aneh dan sekaligus luar biasa. Senyum yang sulit diterjemahkan dengan semua kamus di dunia ini. Senyum yang mengundang hal-hal baru bagi kehidupan saya. Sebuah senyum yang penuh misterius yang sampai sekarang sulit saya tangkap dengan akal pikir saya sebagai seorang bujangan.

Catatan saya dari bus Harapan Jaya
Kediri menuju Surabaya
4 Nov 09. Pukul 15.00

HAI SUARA, AKU SANGAT MENCINTAI DIA...

Cintaku padanya da sangat besar sebesar gunung Mahameru.

Saking besarnya sampai-sampai aku dibuatnya gusar, bingung, sumpek, stress, gila.

Suara: Siapa? Ana?

Aku: Eh, bukan.

Suara: Lalu siapa? Ani?

Aku: Bukan juga.

Suara: Di pesbuk itu banyak, ada Lia Kanzha, apa dia?

Aku: Nganu...emm...bukan dia...

Suara: Trus diapa dong?

Aku: Ada deh!

Suara: Ih, curang deh kamu, masa kamu boleh dengerin suaraku, tapi aku tidak boleh tahu pacarmu...

Aku: coba tebak aja?

Suara: Apa neni widayani?

Aku: Ah, enggak. Dia cuma teman kuliahku.

Suara: Aha, aku tahu tuh, pasti cinta mahar ya.

Aku: Bukan juga. Ah, masa kamu suara tidak bisa menebak sih. Apa kekuatanmu yang selalu disokong oleh angin, bumi, air dan api itu sudah hilang. Kacian deh lu...

Suara: Jangan begitu, aku tetap suara sebagaimana mestinya suara. Aku bisa mengetahui apa-apa yang orang tidak ketahui, yakni melalui tingkah laku mereka.

Aku: Tapi kamu kan tidak bisa menebak hati manusia. Sebab hati manusia itu sehalus sutra dan seluas samudera. Jangankan kamu, para malaikat yang duduk di langit saja tidak bisa tahu bagaimana hati manusia.

Suara: Tapi hati manusia bisa congkak juga, ya...kayak kamu itu!

Aku: Ah, itu perasaanmu saja. Aku biasa-biasa saja kok!!

Suara: Trus siapa dong kekasihmu itu. Apa dia anak orang kaya?

Aku: Ga tuh. Biasa-biasa saja tapi dia hebat sekali.

Suara: Apa dia Novi Kusuma?

Aku: Bukan!!!

Suara: Oh, aku tahu apa dia bernama Astrid Reva Angelica yang mantanmu dulu.

Aku: Salah besar.

Suara: Yah, di bukumu ada juga tulisan soal Kiftiya. Apa dia?

Aku: Wrong! Wrong! Wrong!

Suara: Trus siapa dong pacarmu yang sekarang. Oia aku baru tahu kemarin kamu ke Jogja kan. Trus ketemu cewek. Namanya sangat indah, menggambarkan betapa megahnya alam. Namanya Tunjung Pratiwi kan? Tunjung artinya bunga dan pratiwi berarti bumi pertiwi atau tanah air.

Aku: Emm...apa ya...malu aku ngomongnya. Tapi artinya memang bener itu. Dia bener-bener sosok yang luar biasa.

Suara: Iya kan bener dia. Aku sih no problem kamu sama dia!

Aku: Bukan.

Suara: Hah, bukan juga. Trus siapa dong?

Aku: Kamu mau tahu kekasihku yang telah membuatku jadi seperti ini, yang senantiasa membuatku bingung tujuh keliling, yang membuatku tidak bisa tidur nyenyak, yang membuatku seperti terkontaminasi oleh polah tingkahnya dia, yang membuatku tergila-gila sampai nyaris aku dibuat stress, yang membuat seluruh panca inderaku mati rasa, yang membuat tubuhku bergetar hebat manakala dia kusebut namanya, yang membuatku...ah, pokoknya gundah gulana deh!

Suara: Iya, siapa....

Aku: Aku akan beritahu ke kamu, tapi jujur ya kamu tidak akan bilang ke siapa-siapa.

Suara: Iya aku janji akan menutup suaraku.

Aku: Alah, yang namanya suara tidak bisa ditepati kata-katanya. Kau selalu ada dimana manusia ada. Kadang kau buruk, kadang kau baik hanya sesuai yang kamu ingini.

Suara: Trus maumu aku apa, diam selama-lamanya. Itu namanya kiamat bung...yang namanya kehidupan itu adalah pertumbuhan atau perkembangan. Suara akan selalu ada dimana ada manusia.

Aku: Ya sudah terserah kamu. Sini kubisikkan, dia...oleh orang-orang...dipanggil...Allah. Tapi aku lebih menyukai dia sebagai kekasihku.


Wallahua'lam bissawaf

KALIAN SEMUA PELACUR....

PELACUR YANG BAGAIMANA YANG MENURUT KALIAN BAIK?

APAKAH MEREKA YANG SELALU MELAYANI HASRAT PEMBELINYA...

SELALU MENGELAP SPERMA YANG BERCECERAN DIMANA-MANA....

SLALU TERSENYUM PADA SETIAP ORANG YANG AKAN DAN HENDAK MEMBERINYA UANG....

SUKA DIAJAK CURHAT MANAKALA TAMU MEREKA SEDANG GUNDAH KARENA MENGHADAPI MASALAH KELUARGA DI RUMAH....

APA PELACUR ITU?
KESALAHANKAH...
KETELEDORANKAH...
KEMUNAFIKANKAH...
KEBOBROKANKAH...
KERUWETANKAH....
PENGHIANATANKAH...
KEMUNDURANKAH...

KALAU MEMANG SEPERTI ITU, APA KITA BISA DIGOLONGKAN SEBAGAI PELACUR?

BUKANKAH SEMUA HAL ITU PERNAH TERJADI PADA KITA!

LALU...APA BEDANYA KITA DENGAN PELACUR?

DAN, BOLEHKAH.... JIKA AKU BILANG BAHWA KALIAN SEMUA ADALAH PELACUR!

AKU SUKA MELACUR...

Sudahkah kuceritakan pada kalian kalau aku suka melacur?

Ternyata melacur itu enak, Kawan...

Tahukah kau bagaimana rasanya, Kawan...

Rasanya seperti...apa yah...

Nganu...itu...loh...
se...se...per...ti...:
Kotoran yang lengket pada dinding dan tidak akan hilang utk selamanya

se...se...per...ti...:
Muntahan yang penuh kebahagiaan karena terbebas dr penyakit

se...se...per...ti...:
bugil di tengah pasar tanpa seorang pun yang melihat

se...se...per...ti...:
menggorok leher sendiri dan melihat sidratul muntaha di dalamnya

se...se...per...ti...:
kacung yang disuruh majikan tapi tidak memberatkan sesuatu apapun padanya

se...se...per...ti...:
mendaki ke puncak gunung dengan cara digendong

se...se...per...ti...:
berada di singgasana dan akan turun sesuai keinginan kita

Kawan, tahukah kau bagaimana aku melacur?

AKU MELACUR KETIKA ORANG SUDAH MELUPAKANKU...

AKU MELACUR KETIKA SEMUA KEINDAHAN SERTA KEGLAMORAN TAK BERPIHAK PADAKU...

AKU MELACUR KETIKA IBU SUDAH MENINGGALKANKU...

AKU MELACUR SAAT SUARA-SUARA ORANG SUDAH TAK KUGUBRIS...

AKU MELACUR MANAKALA TIADA ATURAN YANG MENGIKATKU...

AKU MELACUR DAN BENAR-BENAR MELACUR SESUKA DAN SEPUAS HATIKU KETIKA TIADA SESUATU PUN YANG MEMBERATKANKU...

AKU MELACUR KETIKA TIADA LAGI BERPATOKAN KEPADA ARAH...

Kawan, tahukah kalian dengan siapa aku Melacur?

Dia...yang...oleh...orang-orang...dipanggil...ALLAH...

Dia...Kekasihku...

Tanpa menikah aku sudah bisa melacur denganNYA

Tanpa disatukan dengan ikatan aturan yang ada aku sudah berleha-leha denganNYA

Tanpa mendengarkan sumbang-sumbang suara orang aku sudah berdampingan denganNYA

Tanpa mempedulikan ibu, ayah, anak, istri, sodara, teman, aku sudah menyatu denganNYA

Kenapa begitu...karena Dia tak lagi memberatkanku

Kenapa begitu...karena memang harus begitu

Dan karena aku sudah menganggap Dia sebagai Kekasih Abadi

NAMAKU...

NAMAKU...

AKU BUKAN ARI PRASETYA HADI

BUKAN PULA TUDJI MARTUDJI

ATAU NUNGKY W PRABOWO

AKU JUGA BUKAN DEDI SUGIANTO

ATAU BUDI ELYAS

BUKAN JUGA HANIF NASRULLAH

ATAU EKO BUDI NUGROHO

CEK SAJA KTPKU...

NAMAKU...

BUKAN ABDUL MUIS MASDUKI

ATAU RADEN ARIYANTO

JANGANKAN ITU SEMUA NAMA ITU

NAMAKU TETAP...

KAU TIDAK BOLEH MENYEBUTKU AGUS KARTOLO

JANGAN JUGA PANGGIL AKU ANDI WIBOWO

ATAU NAMA YANG MIRIP ANDI SANJAYA

ATAU JIKA DIBALIK ADI ARIYANTO

JANGAN JUGA KAU MEMANGGILKU BAMBANG SMIT KARENA MIRIP DENGAN NAMA AYAHKU

APALAGI BASIR AIDI

AKU YA AKU

KAU TAK BOLEH MENGGANTINYA DENGAN NAMA BUDIAWAN MERDEKA

ATAU BUNGKUSAN NEGARA

ATAU JUGA KRISTANTO WAHYU

INI AKU...MASIHKAH KAU LUPA...

BERAPA KALI KUKATAKAN BAHWA NAMAKU...

JANGAN KAU PANGGIL AKU DENGAN SEBUTAN LAIN SEPERTI DENNI N JA

ATAU DJOKO ADI WALUYO

ATAU RAMA ANDIKA

ATAU DUDUNG DUHITA

ATAU KLASIK HERLAMBANG

ATAU DIDIT ARIEF

ATAU ENDING IRAWAN

ATAU ERWAN QTHINK

ATAU JOKO SETIONO

ATAU SOIM ARDIYANSAH

ATAU AGUS SALIM

SEMUA ITU BUKAN AKU

NAMAKU TETAP SEPERTI KETIKA AKU LAHIR

BEGINI SAJA BIAR KUEJA UNTUKMU

NAMAKU A...D...A...L...A...H...

JANGAN LAGI KAU TAMBAHI ATAU GANTI

SEJAK LAHIR PROCOT DARI BUAH GARBAN IBU AKU SUDAH DIBERI NAMA...

BUKAN MALAH MENJADI SALEH MUKADAR ATAU DHIMAM ABROR

AKU YA TETAP AKU

JEJEGKU YA SEPERTI INI

TIDAK BEDA DENGAN MANUSIA LAIN

TAPI NAMAKU BUKAN VALIANT ALVARIZKY

ATAU ZAMZAMI PUTRA LANGIT

APALAGI JIKA NAMAKU KAU GANTI DENGAN NAMA PEREMPUAN SEPERTI LIA KANZHA

ATAU YULIANI FATIMAH

ATAU NOVI KUSUMA

ATAU WULAN

ATAU INDAH YULIANI

BUKAN...BUKAN...ITU...

NAMAKU TETEP...

INGAT BUKAN IKE MARTHA

ATAU INTANSETYAWARDHANI

ATAU INTAN ANTASARI

NAMAKU SAMPAI KIAMAT, SAMPAI AJAL MENJEMPUT NAMAKU TETAP...

IBU....

Aku lahir dari perut ibu..
(bukan kata org...memang BENARKAN !!!.... ..)

Bila dahaga, yang susukan aku.....ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku....ibu

Bila sendirian, yang selalu di sampingku.. ..ibu

Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut....Ibu

Bila bangun tidur, aku cari....ibu

Bila nangis, orang pertama yang datang ....ibu

Bila ingin bermanja, aku dekati....ibu

Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah....ibu

Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya....ibu

Bila nakal, yang memarahi aku....ibu

Bila merajuk, yang membujukku cuma....ibu

Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah....ibu

Bila takut, yang menenangkan aku....ibu

Bila ingin peluk, yang aku suka peluk....ibu

Aku selalu teringatkan ....ibu

Bila sedih, aku mesti telepon....ibu

Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu.... .ibu

Bila marah.. aku suka meluahkannya pada...ibu

Bila takut, aku selalu panggil... "ibuuuuu! "

Bila sakit, orang paling risau adalah....ibu

Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga....ibu

Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku....ibu

Bila aku ada masalah, yang paling risau.... ibu

Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni.. ibu

Yang selalu masak makanan kegemaranku. ...ibu

Kalau pulang ke kampung, yang selalu member bekal.....ibu

Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku....ibu

Yang selalu berkirim surat dengan aku...ibu

Yang selalu memuji aku.....ibu

Yang selalu menasihati aku....ibu

Bila ingin menikah..Orang pertama aku datangi dan minta persetujuan. ....ibu

Aku ada pasangan hidup sendiri....

Bila senang, aku cari....pasanganku

Bila sedih, aku cari....ibu

Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada....pasanganku

Bila gagal, aku ceritakan pada.....ibu

Bila bahagia, aku peluk erat.....pasanganku

Bila berduka, aku peluk erat.....ibuku

Bila ingin berlibur, aku bawa....pasanganku

Bila sibuk, aku antar anak ke rumah....ibu

Bila sambut valentine.. Aku beri hadiah pada pasanganku

Bila sambut hari ibu...aku cuma dapat ucapkan "Selamat Hari Ibu"

Selalu.. aku ingat pasanganku

Selalu.. ibu ingat aku

Setiap saat... aku akan telepon pasanganku

Entah kapan... aku ingin telepon ibu

Selalu...aku belikan hadiah untuk pasanganku

Entah kapan... aku ingin belikan hadiah untuk ibu

Renungkan:

"Kalau kau sudah selesai belajar dan berkerja....masih ingatkah kau pada ibu?

tidak banyak yang ibu inginkan... hanya dengan menyapa ibupun cukuplah".

Berderai airmata jika kita mendengarnya. .......

Tapi kalau ibu sudah tiada....... ...

IBUUUU...RINDU IBU.... RINDU SEKALI....

Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya....

Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya.....

Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya.....

Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya......

Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya......

dan akhir sekali berapa banyak yang men-SHOLAT-kan JENAZAH ibunya...

NOTE: INI KEMARIN AKU DIKIRIMI PUISIA LEWAT EMAIL OLEH TEMANKU. SEMOGA KALIAN MENGHORMATI IBU KALIAN SAMPAI AJAL MENJEMPUT.

Menuju Cinta Sejati

Menuju cinta sejati …..adalah sebuah perjalanan yang penuh pengorbanan, saat hidup di kuasai rahsa maka nafsu menguasai jiwa, dan kita tidak akan mendapatkan atau menemukan apa-apa semuanya hanya semua, tidak abadi dan kekal.

Betul sekali bahwa ortu, anak istri…dan semua yang kita dengar, lihat, rasa, endus…semuanya hanyalah pinjaman dan akhirnya toh harus kembali ke asal….itulah yang dinamakan Kesadaran…

Jalan bertemu suksma sejati……adalah dengan menemukan Kesadaran dengan membersihkan jiwa, mengendalikan nafsu 4 menembus 3 cahaya akhir … pertama ; ikhlas, kedua ; rela pada hukum kepastian Allah, ketiga ; agar merasa tidak memiliki apa-apa, keempat ; harap berserah diri pada kehendak Allah Taala …. tidak ada yg menyerupainya ….kecuali anda tahu tempatnya, disinilah kadang di perlukan pembimbing…karena kadang banyak yang serupa atau menyerupai…tapi bukanlah yg sebenarnya.

Jumat, 07 Agustus 2009

SINOPSIS: TUHAN DI BAWAH KEDUA TELAPAK KAKIKU


Buku ini menampilkan sebuah perjalanan spiritual anak manusia dalam mencari identitas diri. Pada awal perjalanannya semula berupa kegundahan dan kenekatan setelah cintanya terhadap Kayla terombang-ambing antara kenyataan dan maut. Saat itulah cemburu tiba-tiba mengamuk. Kehidupan sang tokoh yang tenang tiba-tiba terusik oleh keterancaman janji-janji yang tiada terealisasi. Berbekal motor butut peninggalan ayahandanya serta modal pas-pasan, sang tokoh kemudian melakukan perjalanan jauh hingga daya tahannya terkuras habis.

Selama melakukan perjalanan berkeliling ia sering didera cemooh, pujian, lapar dan dahaga, kepanasan, kehujanan, serta sakit. Sebaliknya, bertemu orang-orang di bawahnya justru menjadi penghilang dahaga. Mengesampingkan urusan pribadi adalah penghibur laranya.

Dengan profesinya sebagai jurnalis, sang tokoh melibatkan diri dalam pertarungan batin yang maha dahsyat. Kini perjalanannya bukan lagi mengenai pertarungan cinta, bahwa baginya martir cinta hanyalah sebuah judul yang cocok untuk lagu-lagu cengeng. Bukan pula tentang pemberontakan serta kebebasan yang kerap didamba-dambanya, melainkan mengenai jagat manusia yang sarat akan sejuta pemikiran dan permasalahan. Bahwa semua yang dilahirkan memulai hidup tanpa mempunyai sesuatu tak terkecuali tubuh maupun nyawanya sendiri. Kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Bahwa semua pasti akan mati, itu pasti. Tapi kapan dan bagaimana kematian tidaklah penting dan tak perlu kisruh memikirkannya. Siapa yang siap, itulah intinya.

Banyak hal-hal yang disajikan oleh sang tokoh; dari keberagaman sosial, budaya, serta ideologi suatu kelompok. Pun penceritaan sejarah manusia dihaturkannya dengan kepekaan tinggi. Mengenai keimanan sang tokoh, tentu penyajiannya disampaikan dengan sangat gamblang, dinamis serta progresif. Sang pengarang dalam tokoh rupanya tidak mempersonifikasi diri sendiri sebagai pengarangnya langsung, atau bahkan si tokoh adalah orang lain, itu bisa saja terjadi. Tapi yang pasti tokoh ini menjadi saksi inteletual atas kejadian-kejadian atau keadaan-keadaan yang dialami di tengah perjalanan hidupnya. Dia membuat seolah-olah perjalanannya begitu mudah sehingga dapat dilakukan oleh semua orang tanpa suatu kepayahan apapun.

Perjalanan ini telah memberi ruang pemahaman bagi sang tokoh tentang satu makna yang tak diperkirakan sebelumnya. Ia sadar ternyata menjadi manusia itu tidak gampang. Kita hanya cukup menjadi manusi...tanpa huruf ‘A besar’. Sebab huruf ‘A’ adalah milik Allah. Dari sini perjalanannya kemudian melenceng dari yang direncanakan. Dari kekesalan cinta menjadi kerinduan yang membahana di dinding-dinding arasy. Dari permberotakannya menuju kebebasan justru kian mendekatkannya kepada Yang Dicintai. Demikian pula permasalahan yang ditemuinya membuatnya menjadi sosok pemabuk yang sakitnya hanya dapat disembuhkan dengan permohonan cinta yang suci dan tulus terhadap Sang Kekasih. Bahkan dari kedua telapak kakinya ia merasa ditampakkan (tajalli) Al-Haq.

Rabu, 20 Mei 2009

PETUALANGAN CINTA RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA (Bagian 14) -- Caligula Merantau Keluar Istana

(Sebelumnya)
Suasana Romawi di luar tembok istana sangatlah kelam. Kemiskinan merajalela. Rakyat kelaparan. Perampokan dan penjarahan hak milik terjadi dimana-mana. Dan martabat wanita sangatlah rendah. Ia diperjualbelikan bebas. Malah organ tubuh tersembunyinya bisa dijual secara eceran. Colek dan remas payudara ada harganya. Dan pegang serta permainkan kemaluan perempuan, harga yang lain lagi.

Caligula ada di daerah yang kumuh dan kacau itu. Raja ini memakai pakaian hitam dekil, sama seperti yang dikenakan rakyat kebanyakan. Hanya, agar wajahnya tak dikenali, ia memakai penutup kain hitam, untuk menyembunyikan sebagian wajahnya.

Raja yang gemar pesta itu seperti orang asing di negeri sendiri. Kini ia harus menghadapi kenyataan hidup. Tak ada pengawalan istimewa. Tak ada perlindungan. Dan harus berperang melawan hidup yang keras dan ganas di masyarakatnya sendiri yang hidup papa.

Caligula harus menghindari berbagai cekcok yang terjadi. Ia perlu melakukan perlawanan jika ada yang akan menodongnya. Dan sewaktu-waktu, terutama jika ada yang mengenalinya sebagai raja, maka jiwanya bisa melayang sewaktu-waktu. Sebab rakyat Romawi telah menaruh dendam. Mereka menganggap, kemelaratan yang mereka jalani akibat kebijakan raja yang hidup hura-hura dan foya-foya.

Tapi raja yang sudah sakit jiwa itu tak memperdulikan semua itu. Ia tegar hidup di tengah kekacauan, karena tak menyadari bahaya yang tersembunyi di balik semua itu. Malah ia seperti keasyikan. Ia merasa menjadi hero sekaligus dewa, yang punya kekuatan metafisis dan bebas kemana saja dan mau berbuat apa saja.

Petualangan Caligula di luar istana itu akhirnya sampai di kerumunan massa. Ia menyeruak disana. Tampak pertunjukan teater rakyat sedang digelar. Lakon yang digelar adalah kisah tentang dirinya. Para seniman itu sedang melempar kritik terhadap arogansi raja. Ia juga mengecam hubungan intim Sang Raja dengan adiknya, Drussila.

Ketika seorang pemain yang berperan sebagai Drussila muncul ke panggung, emosi Caligula tak terbendung. Ia mengamuk. Ia maju ke tengah tontonan itu, dan membabibuta merusak pagelaran yang berjalan.

Senin, 16 Februari 2009

PETUALANGAN CINTA RAJA CABUL ROMAWI — CALIGULA (Bagian 13) -- Caligula Menjadi Gila

(Sebelumnya)

Caligula kini histeris. Ia berteriak dan menggoyang-goyang tubuh Drussila yang telanjang dan lunglai. Laki-laki ini kemudian mendudukkan tubuh adiknya. Ia peluk tubuh itu. Ia dekap erat sambil airmatanya bercucuran. Ia hilang akal membangkitkan adiknya dari kematian.

Tubuh gadis itu kemudian diangkatnya. Ia bopong. Dengan tertatih-tatih mayat Drussila dibawa turun dari peraduan. Mayat itu diangkat ke altar penyembahan. Ia tempatkan mayat adiknya yang bugil itu di singgasana yang biasa menjadi tahta Dewi Ishes. Caligula berharap muncul kemujijatan. Datangnya kekuatan dari dunia lain yang bisa menghidupkan kembali adik terkasihnya.

Namun setelah segala upaya yang dilakukan tak mampu menghidupkan kembali Drussila, laki-laki ini pun putus asa. Ia hanya mampu menangis dan menangis. Dan itu dilakukan di samping mayat adiknya, hingga laki-laki yang sangat berkuasa itu tertidur pulas disana.

Ketika terbangun, para menterinya dengan sikap santun berdiri di dekatnya. Wajahnya nampak sendu, sebagai ungkapan ikut berbela sungkawa. Para pengawal istana juga melakukan gaya yang sama. Saat itulah dengan suara lantang Caligula memberi instruksi negara sedang berduka. Seluruh pesta ditiadakan. Keramaian dihapuskan. Dan penduduk Romawi diwajibkan melakukan perkabungan total. Dilarang tertawa selama masa berkabung!

Saat itulah suasana kelam memayungi kerajaan Romawi. Istana sepi dan mencekam. Raja menanggalkan pakaian kebesarannya. Ia berganti kain hitam. Begitu juga dengan para elitnya. Para pembesar itu tak berani memakai pakaian lain. Ia terpaksa harus berpakaian sama seperti yang dikenakan Caligula.

Raja yang stres ini juga mulai tak kerasan berlama-lama di kamar. Ia berjalan mengelilingi istana. Memonitor para elit politik dan keluarganya. Jika ada yang tertawa di hari perkabungan itu, maka nyawanya akan melayang. Ia dijatuhi hukuman mati.

Istana Romawi kusam. Riuh rendah pesta hilang sudah. Bunyi-bunyian senyap. Saban hari yang terdengar adalah kematian. Orang yang dieksekusi mati. Itu terjadi berulangkali. Akibatnya, suasana istana jadi mencekam. Tak ada yang berani bicara dan berkumpul. Sebab jika itu terjadi dan disalahartikan, maka nyawa bakal melayang.

Memang, instruksi raja soal kerajaan berduka sangatlah ketat. Tertawa, cekikikan, desahan nafas hubungan intim laki perempuan, serta senyuman tak sengaja sekalipun dianggapnya pantangan. Hal-hal itu ditafsirkan sebagai bentuk kegembiraan.

Caligula secara terus menerus menginspeksi kondisi para elit politik yang tinggal dalam istana itu. Raja ini tak pernah diam. Ia berjalan kaki kemana-mana dan melakukan pemeriksaan. Jika ada yang dianggapnya sedang bergembira, Caligula langsung masuk rumah itu. Ia perintahkan para pengawal menyeret yang bersangkutan ke ruang pembantaian, dan disana dibunuh dengan kejam.

Itulah yang menjadikan istana menjelma menjadi kawasan yang menakutkan. Dimana-mana tampak muka-muka tegang. Jika berjalan dan kebetulan kepergok raja, semuanya harus berakting sedih. Lebih terpuji lagi kalau bisa menangis dengan berurai airmata.

Setelah suasana mencekam itu berlangsung lama, suatu hari, Caligula berteriak-teriak tak karuan di dalam istana. Kain hitam yang dikenakan dilebarkan dengan dua tangan. Ia mengepak-kepakkan kain itu. Ia kembali terbius imajinasi lamanya, ingin menjadi burung yang terbang bebas kemana ia suka.

Bicaranya pun mulai ngelantur. Ia merasa telah menjadi dewa. Dewa penguasa jagat raya yang tak ada tandingnya. Caligula berlarian dalam halaman luas istana. Saban bertemu orang ia paksa untuk mengatakan itu. Jika tidak, akan dibunuh.

Setelah mengusik ketenangan penghuni istana, Caligula tiba-tiba meloncat terbang ke luar istana. Ia berbaur dengan rakyat jelata yang nasibnya amat menderita. Ia hidup liar disana. Dan bahaya sedang mengancam raja. Sebab kemelaratan sedang terjadi dimana-mana, karena urat nadi ekonomi rakyat semuanya disedot masuk ke dalam istana. (bersambung/JOSS)

NB: Bagi yang belum dewasa dilarang membaca naskah ini.