Jumat, 27 November 2009

SORAK-SORAI DUNIA ES KALA RAMADHAN

Perjalanan menuju Pare Kandangan buaerat puol. Ketika terik mentari sudah di atas ubun-ubun, seketika itu aku meihat sekumpulan es-es bertelanjang di jalanan. Tersebutlah es teler, es degan, es dawet, es fanta, es sprite, es coca-cola, es teh, es buah. Ah, segar...
Sayang, hari ini aku puasa. Tapi itu tidak menghentikan pandangan mereka terhadapku. Mereka semakin gencar menyerang pendalamanku.
Ada yang mengolok-olok begini:
"Aha, ada anak manusia lewat, hai noviyanto, godain kita dong. Yuhuuuu...kita sudah telanjang nih. Di sini aku disebut es teler karena aku selalu sempoyongan bila sudah melihat tenggorokan manusia yang sedang berpuasa."
"Maaf, saya sedang menjalankan perintahNya!" Kata saya.
"Ah, kan Dia pemaaf, sekali ini saja ya." Goda es teler melalui pendalamanku.
Alhamdulillah, es teler berhasil kulalui dengan indah. Belum genap kegembiraanku terpantulkan oleh cermin spion motor, tiba-tiba es degan dengan tenang dan penuh kesabaran seraya melambaikan serat-serat tubuhnya yang sedang dikelupas.
Katanya:
"Assalamualaikum, ya anak manusia bernama Noviyanto. Sudahkah ini waktu berbuka? Kalau begitu silahkan nikmati aku. Aku adalah degan yang diambil dari pohon kelapa, dimana di sana aku banyak membantu manusia. bahkan aku sering dijadikan bahan perbandingan saat pak yai mengajarkan santrinya. Katanya aku degan di luarnya adalah syariat. Ketika dibelah dan yang terihat warna putih, itulah tarikatnya. Maka, manakala aku diperas menjadi santan, maka itulah hakekat. Belum selesai sampai di situ, santan tadi yangakan diolah kembali menjadi minyak wijen, itulah makrifat. Yah, betapa hebatnya diriku bila kau bisa merasakannya melalui tenggorokanmu. Akh..." Bangga es degan.
"Yah, kau memang membanggakan semua orang es degan. Tapi tidak sekarang. Rasa banggaku padamu akan kupersembahkan padamu ketika bedug magrib tiba. Maafkan aku!" Kataku.
Es dawet lain lagi, dimana-dimana dia selalu muncul dengan bermacam-macam aneka yang menyegarkan. Es dawet, dia adalah kegemaranku sewaktu kecil. Dan sekarang dia hendak menjadi musuhku di kala ramadhan ini. Tidak ingatkah dia terhadapku?
"Ananda Noviyanto, sudah lupakah dengan hamba?"
Aha, dia tetap sopan terhadapku meski sering melontarkan godaan di sepanjang perjalanan.
"Apa harus hamba yang mengingatkan Ananda?"
"Tidak Es Dawet, kau tetap menjadi idolaku. Tapi tidak untuk sekarang. Sekarang ini aku sedang membuktikan kepada penciptaku bahwa aku bisa menjalankan perintahnya. Untuk kali ini maafkan kesalahanku."
"Kau masih juga egois. Aku di sini yang sudah menunggumu, ternyata kau malah berpaling dariku dan memilih mengejar akherat. Berbahagialah dirimu!"
"Kau tetap menjadi sahabatku es dawet, tapi tunggu 3 jam lagi. Setelah itu aku akan berbagi kebahagiaan denganmu!"
Semua rintangan es telah kukibaskan. Tapi ada beberapa keluarga es yang benar-benar pongah dengan tingkah lakuku. Mereka serempak menyerangku dengan berbagai bintik-bintik air liurnya yang menempel pada dinding botol. Sekain itu, warna-warna yang ditonjolkan demikian menggoda jiwa-jiwa yang suci dan bersih. Beberapa malah sempat terbujuk dalam rayuan segerombolan es fanta, es sprite dan es coca-cola. Ketiga bersaudara ini benar-benar tidak peduli dengan rintihan orang yang sedang memuja Tuhannya. Justru kesombongan mereka ditunjukkan untuk menggoda anak Adam agar tercebur dalam "jurang kelupaan".
Es fanta dengan perkasa menunjukkan kesombongan warnanya:
"Hai, kalian orang-orang yang berpuasa, lihatlah warnaku yang merah ini, dengan berbagai rasa yang hmm...menyegarkan tenggorokan, aku akan mengiringi perjalanan kalian untuk melepaskan puasa. Silahkan nikmati diriku...!!!"
Es Sprite tak tetinggalan, dia mengikuti sodaranya berlaku angkuh dan arogan terhadap manusia:
"Kalian akan menyesal jika tidak mencicipi beningnya airku dan begitu menakjubkannya rasaku yang menyentak dalam tenggorokanmu. Ayo, datanglah padaku hai kau anak manusia yang bernama Noviyanto. Datanglah dan reguklah tubuhku untuk mengentaskan rasa dahagamu."
Es coca-cola yang menjadi saudara tertua kali ini berbicara, lambat laun pelan tapi lama-lama menjadi berkobar-kobar bagai api.
"Aku adalah yang pertama di keluarga ini. Aku adalah yang terenak. Dengan busaku yang menggembang bila dicambur dengan es batu, hanya sekejab saja rasa dahagamu akan terlepas. Apalagi jika kau sudah merasakan isi di dalam busa itu. Maka warnaku yang kecoklat-coklatan dan penuh busa serta rasa menyentak, akan senantiasa membuatmu jatuh dalam rengkuhanku. Aku adalah coca-cola, yang dipertamakan!!"
Begitulah dunia es tak urung selalu menggoda perjalananku. Semakin lama dewa surya yakni matahari mengurungku dalam kepanasannya, maka semakin berani gerombolan-gerombolan dan keluarga es berkoar-koar serta berdemo di ujung lidahku. Tapi seiring godaan mereka, hatiku tetap adem bersama surgawi yang berada di surgaloka sana, karena sebenarnya di sanalah kesejukan yang sebenarnya. Meski badan wadakku panas, tapi jiwa serta rohku tetap dingin bersama sang kala Ramadhan yang datang setahun sekali ini.

From Joglo di Balaiurang Desa Patranrejo, Nganjuk
Pukul 15.57 Jumat, 11 Sept 09

Tidak ada komentar: