Jumat, 27 November 2009

Aku Dicerai...(Langsung Ditalak 3)

Awalnya ramai. Acara berjalan lancar. Resepsi dihadiri banyak undangan. Bahkan sampai membeludak. Dan ketika pesta berakhir, tinggallah aku dengan Kekasihku. Malam pertama sudah lama kudamba. Bayang-bayang keindahan telah nampak di kelopak mata.

"Sebentar lagi aku bakal mereguk kenikmatan." Ucapku.

Namun entah mengapa tiba-tiba Dia berpaling padaku.
Aku ditinggalkan begitu saja.
Aku dicerai.
Aku ditalak...tak tanggung-tanggung langsung talak 3.

Dimana Kekasihku...
Aku lari keluar, mencari-cari Dia.
Tetapi Dia telah menghilang dari pandanganku.

Ampun...
Maafkan aku...
Maafkan segala dosa-dosaku...

Aku tahu semua ini berawal dariku.
Aku terlalu sombong sehingga Dia berpaling padaku.
Aku terlalu angkuh.
Aku...aku...aku...sangat arogan: mau menang sendiri.
Aku munafik.
Aku seorang pendusta.

Padahal malam pertama yang sejatinya kuserahkan segalanya kepada Sang Kekasih, kini telah malah menjadi petaka bagiku. Banyak orang berkata, malam pertama bersama Sang Kekasih adalah malam penuh keindahan, malam penuh barokah, malam berserahdiri, malam yang melebihi jutaan bintang di langit, sebuah malam yang dapat mengalahkan segala kenikmatan di dunia, dan malam dimana rasa sudah tiada berasa lagi.

Tetapi...
Aku telah mengecewakan diriku.
Yang paling parah aku telah mengecewakan Dia.
Ketika semua orang berharap dapat bercengkraman dengan Kekasihnya, lagi-lagi aku telah membuat ruang sendiri.

Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani bercerita: dengan Kekasihnya dia dapat bercengkraman selama 12 hari berturut-turut hingga kesadarannya hilang. Yang beliau ingat kala itu cuma: keindahan di atas keindahan, kebahagiaan di atas kebahagiaan, kepasrahan di atas kepasrahan.

Sedang aku...yah...dasar aku manusia tidak tahu diuntung.
Sudah tahu ada Kekasih datang, malah aku mencuekkanNya.

Yah...aku telah mengkhianati Dia.
Aku telah berbuat dosa sangat besar yang tak mungkin dapat terampuni.
Dosa yang seharusnya membuatku harus dihukum di neraka paling jahanam.
Bukan...neraka di atas neraka.
Sangat tidak layak aku melihat surga, atau bahkan meniliknya barang sebentar.

Dosaku yang paling besar:
Aku telah bermain dengan kemunafikan, dengan kesombongan, dengan keangkuhan, dengan keserakahan. Inilah yang membuat hijabku dengan Dia semakin besar.

Marahkah Dia?
Tidak...Kekasihku tidak pernah marah, dan tidak pantas aku su'udzon terhadap Dia.

Justru aku yang telah berbuat laknat.
Mencederai benih-benih kecintaan yang ditanamkan oleh Dia padaku.

Hijab ini...hijab ini...benar-benar membuatku lupa diri.
Hijab ini telah mengganggu semua pendalamanku.
Membuat Dia menjauhiku.

Bersama hijab terkutuk ini aku telah meletakkan alam pikir, alam akal, dan alam hati di atas segala-galanya. Bahkan yang namanya Mutmainah tak lagi berpihak padaku.

Diriku sudah dirasuki Supiah:
Rakus...itu pasti.
Diriku juga dirasuki Aluwamah:
Iri dan dengki...itu jelas.
Dan diriku sudah dirasuki Amarah:
Kemarahan bertubi-tubi menghampiri...ini sangat tidak bisa ditolerir

Yah...tidak seharusnya aku berbuat demikian. Karena inilah akhirnya Dia menceraikanku. Mentalakku langsung 3. Pergi entah kemana.

Aku sedih. Hiks...hiks...hiks...
Aku menangis kala malam pertama berlalu di hadapanku.
Aku sangat kecewa, tetapi kekecewaan ini tidak pernah kutujukan buat Kekasihku.
Justru aku sendiri yang telah membuat Dia menghilang, yang sebenarnya Dia masih ada di sekelilingku. Tetapi sekali lagi, semua seperti terbantahkan.

Mataku tak sanggup melihat Dia.
Telinga, hidung, mulut, seperti terkunci, dan seluruh inderaku mati, tak mampu membobol hijab tersebut.

Kawan, untuk kesekian kalinya aku telah berbuat salah terhadap kalian.
Kubilang aku akan menikah, kugembor-gemborkan pada kalian bahwa aku sudah memiliki Kekasih.
Tetapi tak sampai 12 hari (seperti Syeh Abdul Qodir Al-Jaelani) aku bercengkraman dengan Kekasihku, bahkan usia kisah kasih kami bertahan tak sampai satu menit.

Sekiranya kesombongan telah membuatku lupa segalanya.
Oleh karena ini aku mengucapkan beribu-ribu maaf pada kalian karena telah mengecewakan diri dengan segala kemunafikanku.
Aku maaf semaaf-maafkan...

Yang paling utama, aku meminta maaf kepada Kekasihku.
Aku tahu Kau selalu baik padaku...
Di saat aku tidur Kau selalu menemaniku....
Bahkan Kaulah sejati-jatinya belahan jiwaku...
Kaulah segala-galanya bagiku...
Kau adalah nyawaku...
Kau sukmaku...
Kau nafasku...
Dan aku...ya...aku...aku...sebenarnya TIDAK ADA.

Kawan, atas kejadian "PERCERAIAN" ini pula, aku harapkan kerendahan hati kalian untuk memaafkanku. Aku tahu, dan aku berjanji akan mengenalkan Kekasihku pada kalian. Tetapi mungkin itu lain kali, jika, Dia, kembali padaku. Aku janji akan mengenalkan Dia pada kalian. Aku janji bakal mengenalkan sifat-sifat Dia. Aku janji bakal mengenalkan pekerjaan (Af'al) Dia. Aku janji bakal mengenalkan nama-nama kebaikan yang Dia miliki. Aku janji.

Tertanda,
Yang Mempunyai Hajat
NOVIYANTO AJI

Wassalam.

Tidak ada komentar: