Jauh direlung sanubari manusia, tinggalah sesosok makhluk berperawakan seram. Gaya bicaranya lantang. Tidak mengenal aturan. Orang mengenalnya karena memiliki tabiat buruk; selalu menggoda manusia dan melawan Tuhan. Yang ia tahu hanya manusia, manusia, dan manusia. Serta bagaimana cara untuk menjerumuskan mereka ke lembah hitam (dunianya).
Ketika aku datang ke istananya (neraka jahanam) untuk wawancara, ia mengutuk, menyumpahi dan mengumpat-umpat diriku. Maklum, saat itu aku sedang melakukan interview mengenai kematian yang melanda negeri ini. Berikut wawancara imaginer bersama raja iblis.
Aku: Assalamualaikum?
Iblis: !!!???? (tidak menjawab)
Aku: Selamat malam Pak Iblis?
Iblis: Hei, kamu! Kenapa manusia seperti kamu bisa masuk ke tempat ini. Bagaimana caranya kamu masuk ke sini.
Aku: Maaf, saya ke sini karena punya press card. Saya dari wartawan. Kedatangan saya mau mewawancarai Anda.
Iblis: Ha, press card. Apa itu! Kok saya baru tahu sekarang.
Aku: Press card adalah identitas yang harus dimiliki oleh setiap wartawan. Oleh karena itu saya bebas melakukan apa saja. Sebab dengan press card, saya dilindungi undang-undang. Dengan kata lain, press card yang saya gunakan ini merupakan suatu amalan suci yang muncul dari rasa sehingga dapat menjadi akses bertemu dengan Tuhan. Maka dari itu mudah sekali menemukan Anda.
Iblis: Hmm, boleh juga nih press card. Kalau saja aku mempunyai press card itu, pasti aku akan dengan leluasa masuk ke dalam hati setiap manusia dan merong-rong mereka.
Aku: Oh iya, Pak Iblis. Anda kan dikenal orang suka menggoda manusia. Bagaimana Anda menangkap fenomena yang melanda negeri kita ini.
Iblis: Sontoloyo, siapa yang bilang saya membunuh orang. Suruh ke sini orangnya, biar kumakan hidup-hidup (Marah-marah).
Aku: Maaf Pak Iblis, saya tidak menuduh Anda membunuh manusia tapi menganggu. Nah, kedatangan saya ini hanya sekedar ingin tahu pendapat Pak Iblis.
Iblis: Soal kematian itu semua urusan Izroil. Sedang bencana yang turun sekarang adalah hasil dari ketrampilan Isrofil yang meniup sangkalanya atas perintahNya. Otoritas saya bukan di situ. Kamu tahu enggak soal tindakan tidak sinergi yang dilakukan Gus Nur, Dai dari Banten!
Aku: Tidak, emangnya kenapa?
Iblis: Dasar kamu ini manusia bebal, goblok, dan pendosa. Katanya wartawan tapi kok tidak tahu apa-apa. Pasti kamu wartawan grandong ya! Gus Nur itu asalnya dari Banten. Ia datang ke Pasuruan untuk melakukan aksi penguburan hidup-hidup.
Aku: Lalu apa hubungannya dengan kematian?
Iblis: Kamu itu guobloknya tidak ketulungan. Entar tak panggilkan Izroil baru tahu rasa kamu. Saya ini baru mau menjelaskan otoritas saya sebagai iblis. Kamu bayangkan saja, masa ada Dai, Ustad, atau Kyai (terserah apa namanya) ingin dikubur hidup-hidup dengan maksud dakwah. Begitu saya melihat Gus Nur, itulah kesempatan saya untuk menggodanya. Yang dilakukan Gus Nur bukan semata-mata karena Allah. Semua itu murni dari saya. Hahaha....(menyombongkan diri)
Aku: Berarti yang dilakukan Gus Nur salah dong.
Iblis: Dalam kamus saya tidak ada salah dan benar. Yang penting saya enjoy aja melakukan tugas. Apalagi ketika aksi itu diliput oleh televisi swasta, Gus Nur bilang, bahwa tujuannya dikubur hidup-hidup sekedar ingin merasakan bagaimana rasanya mati. Saya rasa itu adalah contoh yang sangat radikal bagi kebanyakan orang. Belum satu jam dikubur, 5 menit kemudian Gus Nur sudah minta tolong. Katanya sih konsentrasi buyar gara-gara terlalu banyak orang. Untung saja teman saya Izroil tidak datang. Sebab ia sibuk mengurusi nyawa-nyawa yang ada di Asia.
Aku: Oh begitu toh. Jadi selama ini jumlah kematian yang didera oleh bangsa Indonesia adalah salah satu dari refleksi keagungan Tuhan.
Iblis: Terserah bagaimana kamu memandangnya. Yang jelas, saya melihat dunia sudah terbalik. Orang hidup pengin mati, dan orang mati pengin hidup. Inilah tanda-tanda akhir jaman. Kejadian yang menimpa anak bangsa adalah sebagai akibat dari perbuatan manusianya sendiri. Sebenarnya Tuhan mengirimkan bencana ini sebagai peringatan kepada manusia agar segera bertaubat. Tapi jangan sampailah, sebab tugas saya nanti bisa terhambat. Kalau semua orang bertaubat, lalu saya makan apa. Pokoknya saya melihat Tuhan mempunyai maksud tertentu dibalik itu.
Aku: Kalau menurut pandangan Anda yang sudah lama bergelut di dunia per-iblisan, bahkan Anda pun telah naik jabatan karena prestasi gemilang menggoda manusia, lalu apa sih sebenarnya maksud Tuhan menurunkan bencana sebesar itu?
Iblis: Telah lama bangsa ini mengalami krisis moral (sekali lagi ia menyombongkan diri atas keberhasilannya). Para pejabat yang sudah duduk di atas sana, lupa terhadap nasib wong cilik. Mereka silih berganti memperkaya diri dengan cara mereguk uang negara. Korupsi terjadi dimana-mana. KKN menjadi momok menakutkan bagi kalangan kecil. Sehingga rakyat pun bengok-bengok ketika harga BBM naik. Presiden dan Wakilnya tidak berhasil memberantas kekejaman korupsi. Sebab yang melakukan korupsi adalah bawahannya sendiri.
Aku: Selain itu adakah tendensi lain atas ketidakteraturan negeri ini, termasuk bencana yang melanda negeri ini?
Iblis: Banyak. Saya melihat selain bencana itu murni faktor alam, rupanya Tuhan telah berkata lain. Ia (Tuhan) melihat begitu banyak ketidakteraturan yang menimpa negeri ini, bahkan negeri tetangga sekalipun (Thailand, Srilangka, Malaysia). Korban berjatuhan dimana-mana. Saya sempat tertawa melihatnya. Para malaikat tidak berhasil menggugah nurani manusia. Sehingga Tuhan pun murka.
Aku: Ha murka!!??? Emangnya Tuhan punya rasa, emosi dan hati sehingga ia dapat murka.
Iblis: Ya tidak sih. Setidaknya ia pernah murka kepada kami (para iblis) yang menolak diciptakannya manusia. Sehingga kami harus menjadi penghuni neraka untuk selama-lamanya. Kalau kamu mau jadi penghuni berikutnya, silahkan saja saya menerimamu dengan tangan terbuka. Bahkan kalau kamu bersedia kamu akan saya jadikan penasehatku. Gimana?
Aku: Tidak, terima kasih. Oh iya pak iblis, saya melihatnya kok tidak begitu. Tuhan tidak murka. Dalam Al-Quran tak pernah disebutkan bahwa Tuhan murka. Saya melihat semua itu hanyalah kehendakNya. Apa yang dilakukan Tuhan terhadap iblis adalah kehendakNya pula.
Iblis: Sontoloyo, aku bilang Tuhan murka, ya murka. Saya benci sama Dia.
Aku: Lho-lho Anda kok selalu marah sih. Tidak seharusnya Anda marah. Sebab tugas iblis adalah membujuk manusia ke jalan yang sesat. Jika Anda marah berarti di dalam Anda ada iblisnya juga dong. Apalagi wawancara ini hanya sekedar imaginer.
Iblis: Pergi sana dan jangan kembali lagi ke sini jika tak ingin nyawamu melayang. (Dia mengusir saya dari kerajaannya).
1 komentar:
Aku mau tanya nih... gimana sih caranya menawarkan naskah ke penerbit??? Untuk semua jenis naskah... sama kah etikanya? prosedurnya... tolong ya Nov...
Posting Komentar